Hidup
dan Mati Bagi Injil Kristus,
(Filipi
1:20-21)
Pendahuluan
Dalam buku John Foxe yang berjudul “Foxe’s Book Of
Martyrs”, John mengisi bukunya dengan macam-macam tragedi serta kejadian yang
dasyat mengenai seputar akhir kehidupan dari para rasul-rasul Kristus. Dalam
bukunya itu ia memuat data yang berdasarkan sejarah dan fakta dari data-data
yang ia kumpulkan dan yang pernah ia pelajari. Kisah para martir rela mati ini
disebabkan karena bagaimana mereka mempunyai berbagai cara untuk menyampaikan
Injil Kristus kepada segala bangsa-bangsa dan suku-suku. Pimpinan Roh Kudus
atas segala pemberitaan mereka juga membawa hasil namun karena hasil itu nyawa
mereka diancam, nyawa mereka tidak disayangkan, nyawa mereka tidak berharga
karena mereka menganggap bahwa Yesus Kristus harus diberitakan kepada mereka
yang belum mendengar Injil dan mengalami Injil. Rela dihina, dicela, difitnah,
rela dihukum, bahkan rela dibantai dan dibunuh itu semua karena Yesus Kristus
jauh lebih indah dari apa yang mereka miliki. Hidup mereka binasa, namun Injil
tidak binasa, Kristus dianggap sudah mati namun kebangkitan-Nya terbukti.
Banyak yang mau membunuh Dia, banyak juga yang mau rela mati bagi Dia. Banyak
yang mau membunuh murid-murid-Nya namun Kabar Baik tidak dapat dibunuh, inilah
Injil Kerajaan yang datang dalam dunia untuk menyelamatkan manusia berdosa.
Sesungguhnya dalam Injil ada kasih Allah, ada karunia Allah, ada pengampunan,
ada keadilan, ada cinta Allah, ada kekuatan Allah, ada kelemahlembutan Allah, ada
anugerah Allah bahkan Allah pun ada didalamnya, inilah Injil, inilah rahasia
Injil yang dibicarakan sepanjang sejarah Kekristenan dari abad ke abad, dari
zaman ke zaman, dari budaya ke kebudayaan dari pengetahuan sampai kepada
pengetahuan. Injil inilah yang membuat mereka berani berkorban. Amin...
Masih adakah perasaan Kristen zaman ini mengenai hidup
dan mati bagi Kristus? Ingin hidup sajakah tapi tidak mau mati, atau mau mati
saja tetapi tidak mau hidup dalam Injil. Sudahkah orang Kristen memberi hidup
dan mati bagi Injil Kristus.
Dalam seri khotbah ini,
saya akan menjelaskan beberapa point yang akan dipelajari dari teladan Paulus
tentang sikap orang Kristen yang berani hidup dan mati bagi Injil Kristus
seperti dia.
1. Paulus punya kerinduan dan kesiapan
sediakala dalam segala hal (ayat 20).
Paulus
sebelum mengenal Yesus dan belum memahami Kristologi dengan benar, dia adalah
seorang pembantai dan penganiaya Kristen mula-mula sepanjang sejarah. Tetapi
sejarah itu berubah menjadi radikal setelah pertemuannya dengan Tuhan Yesus di
Jalan Lurus, sejarah dirinya yang pada mulanya ia menganiaya umat Kristen kini
menjadi seorang Kristen yang membela keKristenan habis-habisan sepanjang
hidupnya. Dia seorang yang pintar, dia punya pengetahuan yang jelas tentang
Taurat, karena dia dididik dibawah profesor yaitu rabi Gamaliel. Kini pun
hikmatnya itu berubah dan berfokus kepada Injil, dan Injil itu menggerakkan dia
untuk disampaikan kepada umat bangsa-bangsa.
Paulus
meyakinkan dirinya kepada jemaat di Filipi tentang bagaimana ia begitu
menjunjung tinggi Injil Kristus hingga ia sampai mempunyai tekad yang penuh
dengan kerinduan dan sediakalanya dalam segala hal. Karena ia begitu merasa
Tuhan Yesus dimuliakan didalam tubuhnya ketika ia mencapai nafas terakhirnya.
Perasaan yang begitu mendalam dari dalam diri Paulus, begitu cintanya kepada
Tuhan hingga ia berkata demikian adanya. Dalam segala pengajarannya mengenai
Kristus yang disampaikannya itu ia berharap tidak memperoleh rasa malu, karena
ia yakin akan kesiapannya bahwa dirinya yakin terhadap Injil yang ia beritakan.
Injil pada zaman itu bersifat memalukan sebab banyak orang tidak mau menjadikan
Injil sebagai dasar hidupnya, khususnya orang yang bukan Yahudi. Kota Filipi
ini berpenduduk dari berbagai bangsa yang datang, baik orang-orang barbar
bahkan suku-suku dari negara lain yang datang. Masyarakat mayoritasnya adalah
orang-orang Yunani. Orang Yunani adalah orang yang sulit meneriman Injil
apalagi jika kita membicarakan Romawi. Mereka berpikir bagaimana mungkin Yesus
Kristus yang adalah Injil itu dapat menjadi Juruselamat manusia sedangkan
diri-Nya dihina, dikutuk, bahkan tergantung dikayu salib? Tidak mungkin.!!!
Seorang Filsuf bernama Plato mengatakan, “orang yang bijaksana tidak akan
menyerahkan dirinya dibunuh, tetapi orang yang bodoh dan tidak punya bijaksana
memberikan dirinya dibunuh” nah kalimat ini mempengaruhi pikiran-pikiran
orang-orang zaman itu, sehingga filsafat ini menjadi dasar bagi mereka untuk
tidak dipengaruhi oleh bidang apapun. Namun Paulus sangat yakin akan
pemberitaannya yang pernah ia sampaikan kepada jemaat Filipi dan kepada
orang-orang yang pernah mendengar Injil darinya. Keyakinan Paulus begitu luar
biasa, sebab ia menganggap dengan kesiapannya itu untuk menghadap hal apa saja
ia telah mempermuliakan Tuhan Yesus Kristus dengan seluruh hidupnya.
Teladan
Paulus yang patut dilakukan oleh orang percaya adalah mempunyai kerinduan dan
kesiapan sediakala menghadapi apapun, baik itu siksaan dari orang-orang yang
menolak Injil, baik itu kematian yang akan rasul Paulus alami ketika
memberitakan Injil. Kerinduannya adalah bersama Kristus, dan ia tidak takut
menghadapi berbagai hal, karena sebab ia punya kerinduan dan sediakala dalam
segala keadaan yang akan dihadapi.
Hidup
didunia ini memang ada indahnya ada juga buruknya, hidup didunia ini bahagia
namun ada juga sedihnya. Didunia ada orang kaya dan orang miskin. Yang kaya itu
hanya sementara, yang miskin juga hanya sementara. Tidak ada yang kekal hidup
didunia ini, tetapi kekekalan adalah hidup didalam Allah yang sejati yaitu
Kristus. Perintah Tuhan Yesus sebelum Dia naik kesorga adalah memberitakan
Injil, perintah-Nya telah menjadi keharusan yang mutlak dan tidak ada
tolenransi bahkan berkompromi untuk tidak diberitakan. Orang Kristen yang
sejati adalah orang Kristen yang mempunyai kerinduan dan sediakala dalam segala
hal untuk menghadapi kematian maupun kehidupan, dalam pemberitaan Injil maupun
mengajarkan Injil. “Memang Injil adalah kebodohan bagi mereka yang akan
binasa.” Orang Kristen dewasa ini hendaknya memikirkan baik-baik lagi, bahwa
memang resiko memberitakan Injil adalah siap menghadapi segala hal. Amin untuk
point pertama.
2. Bagi Paulus hidup adalah Kristus,
ayat 21a.
Sewaktu
Stephen Tong berkhotbah ia membicarakan tentang kehidupan yang terpenting hidup
di dunia ini, ia mengatakan “hidup yang terpenting di dunia ini bukan pemilihan
presiden Obama, bukan juga penangkapan Osama jadi yang terpenting hidup didunia
adalah melakukan kehendak Allah didalam
sejarah untuk mencapai dalam kekekalan.
Nah kalimat ini menjadi suatu makna bagi orang Kristen untuk hidup
didalam dunia, bahwa hidup didunia tidak ada yang terpenting selain dari kita
melakukan kehendak Allah didalam sejarah. Oleh sebab itulah Paulus berkata
“bagiku hidup adalah Kristus”. Jadi hidup didalam Kristus adalah hidup
melakukan kehendak Allah dalam sejarah. Sekalipun saat ini kita orang Kristen
hidup didunia, namun sudah menjadi keharusan bagi kita untuk hidup didalam
Kristus, sebab Yesus pun pernah hidup didunia. Apa yang Yesus dilakukan
didunia? Memberitakan Kerajaan Allah, untuk apa? Supaya manusia bertobat.
Bagaimana manusia bertobat? maka ia harus mendengarkan Injil, apa Injil? Injil
adalah adalah Yesus Kristus sendiri, sebab Yesuslah yang menjadi pusat dari
Injil itu? Bagaimana caranya? Belajar dari Yesus maka manusia akan hidup
didalam Yesus Kristus. Orang yang disebut Kristen akan hidup menurut kehendak
Allah, jadi mereka yang berbuat jahat dan tidak hidup dalam iman Kristus maka
mereka bukan disebut orang Kristen, tetapi mereka disebut orang fasik. Teladan
Paulus adalah baik adanya, ayat ini memberikan pesan kepada kita orang percaya
untuk tidak menganggap hidup mewah atas harta dunia ini adalah hal yang
terpenting, namun yang terpenting hidup adalah bagi Kristus. Orang Kristen yang
sejati akan hidup dalam Kristus sehingga pengenalannya terhadap Kristus itu
ketat, akurat, padat dan jelas dan saya yakin bila orang Kristen punya prinsip
seperti Paulus maka imannya akan kuat dan teguh. Sekarang dimanakah posisi
saudara? Sudah prinsip ini tertanam dalam diri dan menjadi dasar hidup? Jika
belum mari memulainya bahwa “bagiku hidup adalah Kristus.”
3. Bagi Paulus mati adalah keuntungan
bersama Kristus, 20b.
Hampir
semua orang yang hidup didunia ini mengalami yang namanya ketakutan hal
terbesar yang paling ditakuti manusia menurut kaum psikologis adalah takut
menghadapi kematian. Seorang filsuf bernama Epikuros berkata, “hidup ini senang-senang saja, tidak perlu
menderita, kalau menderita itu bukan senang namanya. Senang itu bahagia, kalau
tidak senang maka itu bukan bahagia, agama itu tidak perlu sebab kalau ada
agama maka hidup ini tidak bebas. Mati tidak perlu takut, pokoknya senang,
sebelum mati, mati itu belum datang jadi mati datang hidup selesai.”
Filsafat ini menghantui pemikiran dan corak hidup orang Yunani dan romawi
bahkan bangsa-bangsa lain yang mendengarnya, termasuk di kota Filipi. Bagaimana
dengan zaman modern abad 21 ini, masihkah filsafat ini menghantui pemikiran
manusia bahkan orang Kristen? Saya mendefenisikannya “masih.” Hidup senang-senang
didunia ini saya pikir banyak orang Kristen tidak peduli dengan orang yang
menderita, banyak orang yang membutuhkan dan memerlukan, namun kadang tidak
dihiraukan karena sudah ditipu oleh dunia ini oleh sebab hidup ini pokoknya
senang-senang hidup pestapora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, club malam,
pelacuran, homoseks, seks lesbian, dan lain-lain. Berapa banyak manusia dibumi
ini takut mati karena mereka tidak punya Kristus. Jikalau orang Kristen takut
mati maka Kristus belum ada dihidupnya. Mengapa? Karena ia tidak punya prinsip
dan sikap seperti yang dikatakan oleh Paulus. Iman Kristen adalah kematian itu
bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi kematian adalah menuju kehidupan yang
kekal. Oleh sebab itu Yesus mati terlebih dahulu dan bangkit menuju kekekalan
agar orang yang percaya tidak mengalami kematian dalam maut, sehingga dapat
bangkit hidup dalam kekekalan bersama Kristus. Sekarang haruskah kematian itu
ditakuti? Jawabannya ialah “tidak perlu ditakuti.” Jika orang percaya/Kristen
sungguh-sungguh hidup dalam Kristus maka ia tidak akan takut mati, sebab ia
yakin ketika ia mati maka ia bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus didalam
Kerajaan Allah. Paulus memiliki kesiapan dalam hidupnya baik hidup dan mati itu
semuanya kepada Kristus sebab Kristus menjadi dasar dan penopang bagi iman
Kristen dan orang-orang Kristen. Injil harus tetap diberitakan, sekalipun mati
karena Injil inilah mental Paulus begitu memperjuangkan Injil sepanjang
hidupnya. Oleh sebab itulah Paulus berkata “dan mati adalah keuntungan.”
Kesimpulan
Sekarang
bagaimana dengan hidup kita? Dapatkan kita memiliki sikap yang punya kerinduan
dan sediakala dalam segala hal, bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah
keuntungan. Saat ini jika semua itu pernah ada dulunya, mari bangkitkan kembali
perasaan dan sikap itu didalam diri setiap pribadi kita. Jika belum ada? Mari
teladani prinsip Paulus. Sebab Injil Kristus harus tetap diberitakan sekalipun
akan mati dalama siksaan dan pembantaian, berusahalah mengalahakan rasa takut,
tetapi gunakanlah keberanian dari Allah agar Injil dapat didengar dan diajarkan
bagi mereka. Oleh sebab itu bukan saja kita mengalami Injil kita juga harus
mengenali Injil. Amin Firman Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar