Kamis, 31 Oktober 2013

Hidup dan Mati Bagi Injil Kristus, Oleh Ryan Frinandoe.



Hidup dan Mati Bagi Injil Kristus,

(Filipi 1:20-21)

            Pendahuluan
            Dalam buku John Foxe yang berjudul “Foxe’s Book Of Martyrs”, John mengisi bukunya dengan macam-macam tragedi serta kejadian yang dasyat mengenai seputar akhir kehidupan dari para rasul-rasul Kristus. Dalam bukunya itu ia memuat data yang berdasarkan sejarah dan fakta dari data-data yang ia kumpulkan dan yang pernah ia pelajari. Kisah para martir rela mati ini disebabkan karena bagaimana mereka mempunyai berbagai cara untuk menyampaikan Injil Kristus kepada segala bangsa-bangsa dan suku-suku. Pimpinan Roh Kudus atas segala pemberitaan mereka juga membawa hasil namun karena hasil itu nyawa mereka diancam, nyawa mereka tidak disayangkan, nyawa mereka tidak berharga karena mereka menganggap bahwa Yesus Kristus harus diberitakan kepada mereka yang belum mendengar Injil dan mengalami Injil. Rela dihina, dicela, difitnah, rela dihukum, bahkan rela dibantai dan dibunuh itu semua karena Yesus Kristus jauh lebih indah dari apa yang mereka miliki. Hidup mereka binasa, namun Injil tidak binasa, Kristus dianggap sudah mati namun kebangkitan-Nya terbukti. Banyak yang mau membunuh Dia, banyak juga yang mau rela mati bagi Dia. Banyak yang mau membunuh murid-murid-Nya namun Kabar Baik tidak dapat dibunuh, inilah Injil Kerajaan yang datang dalam dunia untuk menyelamatkan manusia berdosa. Sesungguhnya dalam Injil ada kasih Allah, ada karunia Allah, ada pengampunan, ada keadilan, ada cinta Allah, ada kekuatan Allah, ada kelemahlembutan Allah, ada anugerah Allah bahkan Allah pun ada didalamnya, inilah Injil, inilah rahasia Injil yang dibicarakan sepanjang sejarah Kekristenan dari abad ke abad, dari zaman ke zaman, dari budaya ke kebudayaan dari pengetahuan sampai kepada pengetahuan. Injil inilah yang membuat mereka berani berkorban. Amin...
            Masih adakah perasaan Kristen zaman ini mengenai hidup dan mati bagi Kristus? Ingin hidup sajakah tapi tidak mau mati, atau mau mati saja tetapi tidak mau hidup dalam Injil. Sudahkah orang Kristen memberi hidup dan mati bagi Injil Kristus.
Dalam seri khotbah ini, saya akan menjelaskan beberapa point yang akan dipelajari dari teladan Paulus tentang sikap orang Kristen yang berani hidup dan mati bagi Injil Kristus seperti dia.
1.      Paulus punya kerinduan dan kesiapan sediakala dalam segala hal (ayat 20).
Paulus sebelum mengenal Yesus dan belum memahami Kristologi dengan benar, dia adalah seorang pembantai dan penganiaya Kristen mula-mula sepanjang sejarah. Tetapi sejarah itu berubah menjadi radikal setelah pertemuannya dengan Tuhan Yesus di Jalan Lurus, sejarah dirinya yang pada mulanya ia menganiaya umat Kristen kini menjadi seorang Kristen yang membela keKristenan habis-habisan sepanjang hidupnya. Dia seorang yang pintar, dia punya pengetahuan yang jelas tentang Taurat, karena dia dididik dibawah profesor yaitu rabi Gamaliel. Kini pun hikmatnya itu berubah dan berfokus kepada Injil, dan Injil itu menggerakkan dia untuk disampaikan kepada umat bangsa-bangsa.
Paulus meyakinkan dirinya kepada jemaat di Filipi tentang bagaimana ia begitu menjunjung tinggi Injil Kristus hingga ia sampai mempunyai tekad yang penuh dengan kerinduan dan sediakalanya dalam segala hal. Karena ia begitu merasa Tuhan Yesus dimuliakan didalam tubuhnya ketika ia mencapai nafas terakhirnya. Perasaan yang begitu mendalam dari dalam diri Paulus, begitu cintanya kepada Tuhan hingga ia berkata demikian adanya. Dalam segala pengajarannya mengenai Kristus yang disampaikannya itu ia berharap tidak memperoleh rasa malu, karena ia yakin akan kesiapannya bahwa dirinya yakin terhadap Injil yang ia beritakan. Injil pada zaman itu bersifat memalukan sebab banyak orang tidak mau menjadikan Injil sebagai dasar hidupnya, khususnya orang yang bukan Yahudi. Kota Filipi ini berpenduduk dari berbagai bangsa yang datang, baik orang-orang barbar bahkan suku-suku dari negara lain yang datang. Masyarakat mayoritasnya adalah orang-orang Yunani. Orang Yunani adalah orang yang sulit meneriman Injil apalagi jika kita membicarakan Romawi. Mereka berpikir bagaimana mungkin Yesus Kristus yang adalah Injil itu dapat menjadi Juruselamat manusia sedangkan diri-Nya dihina, dikutuk, bahkan tergantung dikayu salib? Tidak mungkin.!!! Seorang Filsuf bernama Plato mengatakan, “orang yang bijaksana tidak akan menyerahkan dirinya dibunuh, tetapi orang yang bodoh dan tidak punya bijaksana memberikan dirinya dibunuh” nah kalimat ini mempengaruhi pikiran-pikiran orang-orang zaman itu, sehingga filsafat ini menjadi dasar bagi mereka untuk tidak dipengaruhi oleh bidang apapun. Namun Paulus sangat yakin akan pemberitaannya yang pernah ia sampaikan kepada jemaat Filipi dan kepada orang-orang yang pernah mendengar Injil darinya. Keyakinan Paulus begitu luar biasa, sebab ia menganggap dengan kesiapannya itu untuk menghadap hal apa saja ia telah mempermuliakan Tuhan Yesus Kristus dengan seluruh hidupnya.
Teladan Paulus yang patut dilakukan oleh orang percaya adalah mempunyai kerinduan dan kesiapan sediakala menghadapi apapun, baik itu siksaan dari orang-orang yang menolak Injil, baik itu kematian yang akan rasul Paulus alami ketika memberitakan Injil. Kerinduannya adalah bersama Kristus, dan ia tidak takut menghadapi berbagai hal, karena sebab ia punya kerinduan dan sediakala dalam segala keadaan yang akan dihadapi.
Hidup didunia ini memang ada indahnya ada juga buruknya, hidup didunia ini bahagia namun ada juga sedihnya. Didunia ada orang kaya dan orang miskin. Yang kaya itu hanya sementara, yang miskin juga hanya sementara. Tidak ada yang kekal hidup didunia ini, tetapi kekekalan adalah hidup didalam Allah yang sejati yaitu Kristus. Perintah Tuhan Yesus sebelum Dia naik kesorga adalah memberitakan Injil, perintah-Nya telah menjadi keharusan yang mutlak dan tidak ada tolenransi bahkan berkompromi untuk tidak diberitakan. Orang Kristen yang sejati adalah orang Kristen yang mempunyai kerinduan dan sediakala dalam segala hal untuk menghadapi kematian maupun kehidupan, dalam pemberitaan Injil maupun mengajarkan Injil. “Memang Injil adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa.” Orang Kristen dewasa ini hendaknya memikirkan baik-baik lagi, bahwa memang resiko memberitakan Injil adalah siap menghadapi segala hal. Amin untuk point pertama.
2.      Bagi Paulus hidup adalah Kristus, ayat 21a.
Sewaktu Stephen Tong berkhotbah ia membicarakan tentang kehidupan yang terpenting hidup di dunia ini, ia mengatakan “hidup yang terpenting di dunia ini bukan pemilihan presiden Obama, bukan juga penangkapan Osama jadi yang terpenting hidup didunia adalah melakukan kehendak Allah didalam sejarah untuk mencapai dalam kekekalan.  Nah kalimat ini menjadi suatu makna bagi orang Kristen untuk hidup didalam dunia, bahwa hidup didunia tidak ada yang terpenting selain dari kita melakukan kehendak Allah didalam sejarah. Oleh sebab itulah Paulus berkata “bagiku hidup adalah Kristus”. Jadi hidup didalam Kristus adalah hidup melakukan kehendak Allah dalam sejarah. Sekalipun saat ini kita orang Kristen hidup didunia, namun sudah menjadi keharusan bagi kita untuk hidup didalam Kristus, sebab Yesus pun pernah hidup didunia. Apa yang Yesus dilakukan didunia? Memberitakan Kerajaan Allah, untuk apa? Supaya manusia bertobat. Bagaimana manusia bertobat? maka ia harus mendengarkan Injil, apa Injil? Injil adalah adalah Yesus Kristus sendiri, sebab Yesuslah yang menjadi pusat dari Injil itu? Bagaimana caranya? Belajar dari Yesus maka manusia akan hidup didalam Yesus Kristus. Orang yang disebut Kristen akan hidup menurut kehendak Allah, jadi mereka yang berbuat jahat dan tidak hidup dalam iman Kristus maka mereka bukan disebut orang Kristen, tetapi mereka disebut orang fasik. Teladan Paulus adalah baik adanya, ayat ini memberikan pesan kepada kita orang percaya untuk tidak menganggap hidup mewah atas harta dunia ini adalah hal yang terpenting, namun yang terpenting hidup adalah bagi Kristus. Orang Kristen yang sejati akan hidup dalam Kristus sehingga pengenalannya terhadap Kristus itu ketat, akurat, padat dan jelas dan saya yakin bila orang Kristen punya prinsip seperti Paulus maka imannya akan kuat dan teguh. Sekarang dimanakah posisi saudara? Sudah prinsip ini tertanam dalam diri dan menjadi dasar hidup? Jika belum mari memulainya bahwa “bagiku hidup adalah Kristus.”

3.      Bagi Paulus mati adalah keuntungan bersama Kristus, 20b.
Hampir semua orang yang hidup didunia ini mengalami yang namanya ketakutan hal terbesar yang paling ditakuti manusia menurut kaum psikologis adalah takut menghadapi kematian. Seorang filsuf bernama Epikuros berkata, “hidup ini senang-senang saja, tidak perlu menderita, kalau menderita itu bukan senang namanya. Senang itu bahagia, kalau tidak senang maka itu bukan bahagia, agama itu tidak perlu sebab kalau ada agama maka hidup ini tidak bebas. Mati tidak perlu takut, pokoknya senang, sebelum mati, mati itu belum datang jadi mati datang hidup selesai.” Filsafat ini menghantui pemikiran dan corak hidup orang Yunani dan romawi bahkan bangsa-bangsa lain yang mendengarnya, termasuk di kota Filipi. Bagaimana dengan zaman modern abad 21 ini, masihkah filsafat ini menghantui pemikiran manusia bahkan orang Kristen? Saya mendefenisikannya “masih.” Hidup senang-senang didunia ini saya pikir banyak orang Kristen tidak peduli dengan orang yang menderita, banyak orang yang membutuhkan dan memerlukan, namun kadang tidak dihiraukan karena sudah ditipu oleh dunia ini oleh sebab hidup ini pokoknya senang-senang hidup pestapora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, club malam, pelacuran, homoseks, seks lesbian, dan lain-lain. Berapa banyak manusia dibumi ini takut mati karena mereka tidak punya Kristus. Jikalau orang Kristen takut mati maka Kristus belum ada dihidupnya. Mengapa? Karena ia tidak punya prinsip dan sikap seperti yang dikatakan oleh Paulus. Iman Kristen adalah kematian itu bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi kematian adalah menuju kehidupan yang kekal. Oleh sebab itu Yesus mati terlebih dahulu dan bangkit menuju kekekalan agar orang yang percaya tidak mengalami kematian dalam maut, sehingga dapat bangkit hidup dalam kekekalan bersama Kristus. Sekarang haruskah kematian itu ditakuti? Jawabannya ialah “tidak perlu ditakuti.” Jika orang percaya/Kristen sungguh-sungguh hidup dalam Kristus maka ia tidak akan takut mati, sebab ia yakin ketika ia mati maka ia bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus didalam Kerajaan Allah. Paulus memiliki kesiapan dalam hidupnya baik hidup dan mati itu semuanya kepada Kristus sebab Kristus menjadi dasar dan penopang bagi iman Kristen dan orang-orang Kristen. Injil harus tetap diberitakan, sekalipun mati karena Injil inilah mental Paulus begitu memperjuangkan Injil sepanjang hidupnya. Oleh sebab itulah Paulus berkata “dan mati adalah keuntungan.”
Kesimpulan
Sekarang bagaimana dengan hidup kita? Dapatkan kita memiliki sikap yang punya kerinduan dan sediakala dalam segala hal, bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan. Saat ini jika semua itu pernah ada dulunya, mari bangkitkan kembali perasaan dan sikap itu didalam diri setiap pribadi kita. Jika belum ada? Mari teladani prinsip Paulus. Sebab Injil Kristus harus tetap diberitakan sekalipun akan mati dalama siksaan dan pembantaian, berusahalah mengalahakan rasa takut, tetapi gunakanlah keberanian dari Allah agar Injil dapat didengar dan diajarkan bagi mereka. Oleh sebab itu bukan saja kita mengalami Injil kita juga harus mengenali Injil. Amin Firman Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar