Rabu, 09 Oktober 2013

Misiologi


MISIOLOGI
4 OKTOBER 2013. AT-APT JAKARTA.
Nama Anggota Kelompok:
1.      Rian Frinandoe
2.      Lodia Lotang
3.      Nicholas Sinay
4.      Ribka
Judul buku yang digunakan: Misi Kristen Menjangkau Jiwa Menyelamatkan Dunia.

A.    Pengertian Misi menurut Dr. Bambang Eko Putranto, Th. M.
Secara etimologis (ilmu yang mempelajari asal-usul kata) istilah misi berasal dari kata missio (latin) dan dalam bahasa Yunani berasal dari kata dasar evangelion atau biasa disebut juga Injil yang berarti kabar baik. kemudian dari kata evangelion muncul kata kerjanya, yaitu evangelizo yang berarti memberitakan kabar baik atau Injil. Selanjutnya sehubungan dengan kata itu muncul kata evangelos yang berarti pemberita Injil. Kata evangelos ini merupakan sebutan bagi para rasul atau dalam dunia misi modern disebut misionaris. Jadi secara etimologis misi adalah pengiriman kabar baik (pengiriman utusan Injil).
B.     Asal mula misi Kristen.
Asal mula misi bermula karya Allah Bapa yang menyisihkan Anak-Nya Yesus datang ke dunia (Yoh. 3:16) dengan suatu tindakan untuk menyelamatkan manusia. Sebelumnya, para nabi dalam PL telah menubuatkan kehadiran Mesias, yang selama ribuan tahun telah diselidiki dan dinanti (1 Petrus 1:1) yaitu tindakan Bapa untuk menyelamatkan manusia dengan cara mengutus atau memisikan Anak-Nya yang tunggal.
C.    Konsep Misi Fundamental.
Konsep adalah prinsip-prinsip ide yang menghasilkan presepsi dan tingkah laku seseorang jadi, konsep-konsep misi adalah prinsip-prinsip ide berbagai aktivitas misi.
1.      Dari segi aktivitas (mengacu kepada Lee Kwang Soon)
Konsep ini bersifat dasar, pokok dan esensial. Dapat dipandang dari aktivitasnya, yang menekankan Injil untuk membawa pertobatan bagi orang-orang. Misi adalah memberitakan Injil Kristus dengan mengajak pendengar menerima (pandangan kaum fundamental), sifat para orang fundamental hanya bersifat sementara dan tidak mendesak. Sebagai aplikasi dari iman yang demikian aktivitas misi ditekankan kepada pemberitaan Injil secara pribadi. Ciri-ciri mereka: Penginjilan pribadi, keliling, kebaktian kebangunan rohani (KKR), pengusiran setan, penyembuhan rohani, pendirian jemaat, pendirian pos-pos PI.

2.      Segi teologi (mengacu pada Yakub B. Susabda).
        i.            Percaya penuh atas otoritas Alkitab tanpa salah, yang dihembuskan secara mekanis langung kepada penulis Alkitab. Cara mereka untuk bisa mendidik orang untuk menjadi penginjil, umumnya mereka membuka sekolah Alkitab untuk mempersiapkan hamba-hamba Tuhan secara kilat. Mereka bisa dipersiapkan beberapa bulan kadan paling lama sekitar 2th saja. Bahkan, kadangkala pula latar belakang pendidikan  teologia tidak diperlukan sama sekali.
      ii.            Percaya penuh akan penebusan dosa oleh darah Yesus Kristus, oleh karena itu masalah iman dan pertobatan merupakan hal penting dalam hidup manusia. Pada umumnya kaum fundamental yakin bahwa apabila iman yang dimilki oleh seseorang yang percaya menjadi luntur, keselamatan hasil dari pertobatan juga luntur hilang.
    iii.            Percaya penuh bahwa diluar Yesus dunia akan binasa. Oleh sebab itu pemberitaan Injil adalah panggilan Allah yang harus dilaksanakan setiap orang percaya.
    iv.            Perjuangan utama adalah membebaskan diri manusia dari kuasa dosa dan kuasa-kuasa kegelepan berdasarkan karunia Roh Kudus sehingga setiap orang dapat menikmati anugerah sorgawi. Aplikasinya adalah usaha-usaha misi yang menekankan pemberitaan Injil untuk keselamata pribadi.

D.    Konsep misi liberal.
Konsep misi liberal dapat di pandang:
1.      Dari segi aktivitasnya (mengacu pada Lee Kwang Soon)
Segi aktivitasnya secara sederhana konsep misi liberal adalah suatu usaha misi yang menekankan kepada tanggung jawab sosial. Menurut konsep ini gerakan misi haruslah bermanfaat untuk masyarakt tanpa memandang agama atau orang-orang yang telah menjadi Kristen. Menurut pandangan kaum liberal, konsep misi fundamental hanya memperhatikan pertobatan agar orang menjadi percaya kepada Kristus. Sedangkan keadaan manusia yang konkrit secara jasmani tidak dipedulikan. Gereja hanya memberitakan kasih Allah tetapi tidak mempraktekkan hukum kasih itu sendiri. Jadi konsep misi liberal muncul sebagai reaksi terhadap kaum fundamnetal yang hanya menekankan bidang rohaninya saja dengan konsep personal salvation (keselamatan pribadi tetapi mengabaikan kebutuhan-kebutuhan sosial manusia).
2.      Dari segi teologinya (mengacu pada perbandingan Yakub. B. Susabda).
Ciri khas teologia liberal adalah:
a.       Alkitab adalah sebagian otoritas dalam kehidupan. Otoritas yang paling utama dalam kehidupan manusia adalah kebebasan individu dalam iman dan kehidupan. Menurut kaum ini, Alkitab yang ada sekarang sebagai wahyu Allah memiliki kesalahan karena ditulis oleh manusia. Dengan demikian, Alkitab harus diterima dan ditafsirkan secara bebas berdasarkan falsafah kehidupan manusia. Pada umumnya kaum liberal tidak mendirikan sekolah Alkitab tetapi wawasan filsafat sebagai dasar yang tertinggi.
b.      Penebusan dosa dalam Kristus Yesus, termasuk aplikasinya seperti  pengampunan dosa, pertobatan, kelahiran baru, kehidupan dalam roh dsb, adalah simbol-simbol moral. Oleh karena itu masalah iman dan pertobatan menjadi tidak terlalu penting dalam hidup manusia tetapi yang lebih penting adalah aplikasinya dan prakteknya (gerakan-gerakan sosial gospel).
c.       Percaya bahwa didalam Kristus ada keselamatan tetapi diluar Kristus ada juga keselamatan karena wahyu Allah tidak hanya melalaui Alkitab saja, tetapi ada dijalur lain.  Alkitab bisa disebut sebagai wahyu khusus, tetapi kaum liberal yakin adanya wahyu lain yang bisa di pakai sebagai jalur alternatif untuk mendapatkan keselamatan. Itu disebut wahyu umum ( Roma 1: 20 ).
d.      Perjuangan utama adalah membebaskan diri dari berbagai bentuk keterikatan karena keterikatan termasuk keterikatan berfikir, keterikatan dalam kebodohan, keterikatan dalam berapreasi, dsb. Semua bentuk keterikatan ini adalah suatu belenggu dosa sehinga aplikasinya adalah usaha-usaha misi yang menekankan tangung jawab sosial. Perjuangan utamanya adalah membebaskan dari hal-hal yang terikat.

Misi yang dijalankan oleh penulis adalah misi yang  didasari oleh strategi Alkitabiah.
             (2 Timotius 4: 2 ), LAI. Kita telah banyak belajar tentang misi. Setelah memahami, kita akan dapat melakukan dan mengorganisir suatu misi pemberitaan injil secara sistematis dan efektif. Bukan hanya sekedar mengetahui tentang misi Pemberitaan Injil. Hal yang utama adalah menjadi pelaku firman dengan menjadi Pemberita Injil dalam sebuah program misi. Tidak perlu juga harus menunggu dana besar (sponsor) untuk membentuk sebuah badan misi. Bisa saja memulai dengan beberapa teman akrab untuk mulai membentuk sebuah badan misi untuk melakukan misi penginjilan tingkat RT/ RW di wilayah kita masing-masing.
            Untuk melakukan misi jangan hanya terpaku hanya pada satu wilayah, misi perlu juga dilakukan secara lintas budaya, dengan membuka program usaha yang teroganisasi. Misi lintas budaya di bagi menjadi tiga:
1.      Program usaha yang terorganisasi.
2.      Keluar menyampaikan Injil kepada bangsa yang berlainan budaya.
3.      Menjadi jemaat Kristus dalam bangsa/ budaya lain.
Misi lintas budaya dalam Alkitab, terlihat bahwa Para Rasul melaksanakannya dengan konsisten dan berprinsif melayani sesuai dengan budaya penerima. Adapun ayat-ayat yang menunjukan kepada etnis/ bangsa yang dilayani secara misi lintas budaya oleh Para Rasul adalah:
a.       KPR 8:5, 25, untuk bangsa Samaria.
b.      KPR 8:27-31, untuk bangsa Etiopia.
c.       KPR 10:1-2, 25-28 untuk bangsa Roma (Italia).
d.      KPR 11:20-21 untuk bangsa Yunani.
e.       KPR 14:8-25 untuk bangsa Likaonia (Listra).
f.       KPR 17:16, 22-28 untuk bangsa Atena atau Yunani.
g.      KPR 28:17, 29 untuk bangsa Yahudi.

Misi fundamental dan liberal masing-masing tumpang tindih tanpa melihat apa yang menjadi kesesuaian kebenaran. Mereka hanya menggunakan sistem individu, itulah fundamental. Sedangkan liberal bersifat umum dan hanya bersosial. Keduanya saling menyalahkan masing-masing sistem misi dan langkah misi. Keduanya tidak sejalan karena adanya kekurangan-kekurangan dalam masing-masing organisasi.
Pada intinya untuk melakukan misi adalah mengambil teladan Kristus yang adalah pusat dari pelaksana misi itu sendiri. Kemudian para pelaksana misi harus melakukan pelatihan dan pendalaman yang benar dalam mengenal prinsip Alkitab dengan ketat, akurat, padat dan jelas agar saat terjun dalam ladang misi, para pemberita Injil tidak sembarangan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dan memberi jawaban yang pasti sehingga pikiran manusia yang rumit untuk mengenal Kristus dapat menjadikan hidup mereka tergolong dalam hidup Kristen.

1 komentar: