MISIOLOGI
4 OKTOBER 2013. AT-APT JAKARTA.
Nama
Anggota Kelompok:
1. Rian
Frinandoe
2. Lodia
Lotang
3. Nicholas
Sinay
4. Ribka
Judul
buku yang digunakan: Misi
Kristen Menjangkau Jiwa Menyelamatkan Dunia.
A.
Pengertian
Misi menurut Dr. Bambang Eko Putranto, Th. M.
Secara
etimologis (ilmu yang mempelajari asal-usul kata) istilah misi berasal dari
kata missio (latin) dan dalam bahasa Yunani berasal dari kata dasar evangelion
atau biasa disebut juga Injil yang berarti kabar baik. kemudian dari kata evangelion
muncul kata kerjanya, yaitu evangelizo yang berarti memberitakan kabar baik
atau Injil. Selanjutnya sehubungan dengan kata itu muncul kata evangelos yang
berarti pemberita Injil. Kata evangelos ini merupakan sebutan bagi para rasul
atau dalam dunia misi modern disebut misionaris. Jadi secara etimologis misi
adalah pengiriman kabar baik (pengiriman utusan Injil).
B. Asal mula misi Kristen.
Asal
mula misi bermula karya Allah Bapa yang menyisihkan Anak-Nya Yesus datang ke
dunia (Yoh. 3:16) dengan suatu tindakan untuk menyelamatkan manusia.
Sebelumnya, para nabi dalam PL telah menubuatkan kehadiran Mesias, yang selama
ribuan tahun telah diselidiki dan dinanti (1 Petrus 1:1) yaitu tindakan Bapa
untuk menyelamatkan manusia dengan cara mengutus atau memisikan Anak-Nya yang
tunggal.
C. Konsep Misi Fundamental.
Konsep
adalah prinsip-prinsip ide yang menghasilkan presepsi dan tingkah laku
seseorang jadi, konsep-konsep misi adalah prinsip-prinsip ide berbagai
aktivitas misi.
1. Dari segi aktivitas (mengacu kepada
Lee Kwang Soon)
Konsep
ini bersifat dasar, pokok dan esensial. Dapat dipandang dari aktivitasnya, yang
menekankan Injil untuk membawa pertobatan bagi orang-orang. Misi adalah
memberitakan Injil Kristus dengan mengajak pendengar menerima (pandangan kaum
fundamental), sifat para orang fundamental hanya bersifat sementara dan tidak
mendesak. Sebagai aplikasi dari iman yang demikian aktivitas misi ditekankan
kepada pemberitaan Injil secara pribadi. Ciri-ciri mereka: Penginjilan pribadi,
keliling, kebaktian kebangunan rohani (KKR), pengusiran setan, penyembuhan
rohani, pendirian jemaat, pendirian pos-pos PI.
2. Segi teologi (mengacu pada Yakub B.
Susabda).
i.
Percaya penuh atas otoritas Alkitab
tanpa salah, yang dihembuskan secara mekanis langung kepada penulis Alkitab.
Cara mereka untuk bisa mendidik orang untuk menjadi penginjil, umumnya mereka
membuka sekolah Alkitab untuk mempersiapkan hamba-hamba Tuhan secara kilat.
Mereka bisa dipersiapkan beberapa bulan kadan paling lama sekitar 2th saja.
Bahkan, kadangkala pula latar belakang pendidikan teologia tidak diperlukan sama sekali.
ii.
Percaya penuh akan penebusan dosa oleh
darah Yesus Kristus, oleh karena itu masalah iman dan pertobatan merupakan hal
penting dalam hidup manusia. Pada umumnya kaum fundamental yakin bahwa apabila
iman yang dimilki oleh seseorang yang percaya menjadi luntur, keselamatan hasil
dari pertobatan juga luntur hilang.
iii.
Percaya penuh bahwa diluar Yesus dunia
akan binasa. Oleh sebab itu pemberitaan Injil adalah panggilan Allah yang harus
dilaksanakan setiap orang percaya.
iv.
Perjuangan utama adalah membebaskan diri
manusia dari kuasa dosa dan kuasa-kuasa kegelepan berdasarkan karunia Roh Kudus
sehingga setiap orang dapat menikmati anugerah sorgawi. Aplikasinya adalah
usaha-usaha misi yang menekankan pemberitaan Injil untuk keselamata pribadi.
D. Konsep misi liberal.
Konsep
misi liberal dapat di pandang:
1. Dari
segi aktivitasnya (mengacu pada Lee Kwang Soon)
Segi aktivitasnya secara sederhana
konsep misi liberal adalah suatu usaha misi yang menekankan kepada tanggung
jawab sosial. Menurut konsep ini gerakan misi haruslah bermanfaat untuk
masyarakt tanpa memandang agama atau orang-orang yang telah menjadi Kristen.
Menurut pandangan kaum liberal, konsep misi fundamental hanya memperhatikan
pertobatan agar orang menjadi percaya kepada Kristus. Sedangkan keadaan manusia
yang konkrit secara jasmani tidak dipedulikan. Gereja hanya memberitakan kasih
Allah tetapi tidak mempraktekkan hukum kasih itu sendiri. Jadi konsep misi
liberal muncul sebagai reaksi terhadap kaum fundamnetal yang hanya menekankan
bidang rohaninya saja dengan konsep personal salvation (keselamatan pribadi
tetapi mengabaikan kebutuhan-kebutuhan sosial manusia).
2. Dari
segi teologinya (mengacu pada perbandingan Yakub. B. Susabda).
Ciri khas teologia liberal adalah:
a. Alkitab
adalah sebagian otoritas dalam kehidupan. Otoritas yang paling utama dalam
kehidupan manusia adalah kebebasan individu dalam iman dan kehidupan. Menurut
kaum ini, Alkitab yang ada sekarang sebagai wahyu Allah memiliki kesalahan
karena ditulis oleh manusia. Dengan demikian, Alkitab harus diterima dan
ditafsirkan secara bebas berdasarkan falsafah kehidupan manusia. Pada umumnya
kaum liberal tidak mendirikan sekolah Alkitab tetapi wawasan filsafat sebagai
dasar yang tertinggi.
b. Penebusan
dosa dalam Kristus Yesus, termasuk aplikasinya seperti pengampunan dosa, pertobatan, kelahiran baru,
kehidupan dalam roh dsb, adalah simbol-simbol moral. Oleh karena itu masalah
iman dan pertobatan menjadi tidak terlalu penting dalam hidup manusia tetapi
yang lebih penting adalah aplikasinya dan prakteknya (gerakan-gerakan sosial
gospel).
c. Percaya
bahwa didalam Kristus ada keselamatan tetapi diluar Kristus ada juga
keselamatan karena wahyu Allah tidak hanya melalaui Alkitab saja, tetapi ada
dijalur lain. Alkitab bisa disebut
sebagai wahyu khusus, tetapi kaum liberal yakin adanya wahyu lain yang bisa di
pakai sebagai jalur alternatif untuk mendapatkan keselamatan. Itu disebut wahyu
umum ( Roma 1: 20 ).
d. Perjuangan
utama adalah membebaskan diri dari berbagai bentuk keterikatan karena
keterikatan termasuk keterikatan berfikir, keterikatan dalam kebodohan,
keterikatan dalam berapreasi, dsb. Semua bentuk keterikatan ini adalah suatu
belenggu dosa sehinga aplikasinya adalah usaha-usaha misi yang menekankan
tangung jawab sosial. Perjuangan utamanya adalah membebaskan dari hal-hal yang
terikat.
Misi yang dijalankan
oleh penulis adalah misi yang didasari
oleh strategi Alkitabiah.
(2 Timotius 4: 2 ),
LAI. Kita telah banyak belajar tentang misi. Setelah memahami, kita akan dapat
melakukan dan mengorganisir suatu misi pemberitaan injil secara sistematis dan
efektif. Bukan hanya sekedar mengetahui tentang misi Pemberitaan Injil. Hal
yang utama adalah menjadi pelaku firman dengan menjadi Pemberita Injil dalam
sebuah program misi. Tidak perlu juga harus menunggu dana besar (sponsor) untuk
membentuk sebuah badan misi. Bisa saja memulai dengan beberapa teman akrab
untuk mulai membentuk sebuah badan misi untuk melakukan misi penginjilan
tingkat RT/ RW di wilayah kita masing-masing.
Untuk melakukan misi jangan hanya terpaku hanya pada satu
wilayah, misi perlu juga dilakukan secara lintas budaya, dengan membuka program
usaha yang teroganisasi. Misi lintas budaya di bagi menjadi tiga:
1.
Program usaha yang terorganisasi.
2.
Keluar menyampaikan Injil kepada bangsa
yang berlainan budaya.
3.
Menjadi jemaat Kristus dalam bangsa/
budaya lain.
Misi
lintas budaya dalam Alkitab, terlihat bahwa Para Rasul melaksanakannya dengan
konsisten dan berprinsif melayani sesuai dengan budaya penerima. Adapun ayat-ayat
yang menunjukan kepada etnis/ bangsa yang dilayani secara misi lintas budaya
oleh Para Rasul adalah:
a.
KPR 8:5, 25, untuk bangsa Samaria.
b.
KPR 8:27-31, untuk bangsa Etiopia.
c.
KPR 10:1-2, 25-28 untuk bangsa Roma
(Italia).
d.
KPR 11:20-21 untuk bangsa Yunani.
e.
KPR 14:8-25 untuk bangsa Likaonia
(Listra).
f.
KPR 17:16, 22-28 untuk bangsa Atena atau
Yunani.
g.
KPR 28:17, 29 untuk bangsa Yahudi.
Misi
fundamental dan liberal masing-masing tumpang tindih tanpa melihat apa yang
menjadi kesesuaian kebenaran. Mereka hanya menggunakan sistem individu, itulah
fundamental. Sedangkan liberal bersifat umum dan hanya bersosial. Keduanya
saling menyalahkan masing-masing sistem misi dan langkah misi. Keduanya tidak
sejalan karena adanya kekurangan-kekurangan dalam masing-masing organisasi.
Pada
intinya untuk melakukan misi adalah mengambil teladan Kristus yang adalah pusat
dari pelaksana misi itu sendiri. Kemudian para pelaksana misi harus melakukan
pelatihan dan pendalaman yang benar dalam mengenal prinsip Alkitab dengan
ketat, akurat, padat dan jelas agar saat terjun dalam ladang misi, para
pemberita Injil tidak sembarangan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dan
memberi jawaban yang pasti sehingga pikiran manusia yang rumit untuk mengenal
Kristus dapat menjadikan hidup mereka tergolong dalam hidup Kristen.
Mantab
BalasHapus