Senin, 07 April 2014

Pernikahan Yang Sejati, Ryan Frinandoe.

Salah satu tujuan akhir setelah melewati masa berpacaran, manusia harus berpikir “sudah saatnya saya menikah” tapi saya bertanya, siapkah manusia menuju kepada pernikahan? Jika ya sudahkah memikirkan apa tujuan hidup itu menikah? Apa yang menjadi motivasi mengapa harus menikah?

            Banyak fakta dipanggung dunia dalam dunia pernikahan hancur, banyak juga yang menjalin bahagia. Sebab cara manusia masing-masing berbeda menjalaninya. Saya memberitahukan kepada kamu bahwa menuju kepada pernikahan bukan sesuatu sikap dan tindakan serta keputusan yang main-main, sebelum pernikahan dijalani, maka berpikir dengan rasio untuk bertanya dalam hati sanubari, “sudah siapkah saya menikah?” mengapa saya berkata pernikahan bukan suatu tindakan dan keputusan yang main-main? Sebab dalam pernikahan ada satu janji yang mengikat yang tidak boleh diputuskan oleh manusia, yang tidak boleh di pisahkan oleh manusia. Jika manusia melakukannya maka manusia mengingkari perjanjian pernikahan. Pernikahan yang ingin dicapai manusia adalah kehidupan pernikahan yang bahagia, tidak ada lain. Dalam pernikahan versi Kekristenan pada waktu pendeta bertanya “manusia apakah engkau siap bersedia membahagiakan pasanganmu baik waktu senang dan sedih, baik sehat dan saat sakit engkau akan merawatnya? Apa jawab manusia itu “ya saya bersedia, dan saya akan mengasihinya serta membahagiakannya dan merawatnya baik saat sehat dan sakit.” Janji ini bisa dipenuhi ketika masuk dalam pernikahan, jika selama hidup dalam pernikahan janji ini tidak dijalani, maka akhirnya pernikahan itu rusak. Dimanakah pernikahan yang sejati? Pernikahan yang sejati itu ada dan hadir ketika manusia menaklukkan dirinya kepada kebenaran Allah, takluk kepada perintah dari Allah dan menerima dengan rendah hati setiap mandat dari Tuhan Allah. pernikahan yang sejati adalah pernikahan yang diberkati oleh Tuhan, pernikahan yang sejati adalah seperti Allah memelihara manusia untuk hidup dalam kebahagiaan sejati, maka pernikahan yang sejati tidak mungkin akan goyah saat goncangan dari luar datang bahkan dari dalam. Pernikahan dalam konteks Kekristenan adalah pernikahan yang menaruh seluruhnya dan seluruhnya dalam ketundukan kepada Allah. Bagaimanakah pernikahan yang sejati? Pernikahan yang sejati muncul saat manusia tetap setia kepada pasangannya, sebagaimana Allah setia kepada manusia. Pernikahan dilihat oleh Tuhan, pernikahan juga dipelihara Tuhan agar menjadi kebahagiaan yang indah serta harmonis. Ada satu unsur yang melengkapi dalam menjalani kebahagiaan yang sejati yaitu kesetiaan. Kesetiaan kepada janji pernikahan, maka disinilah manusia dituntut untuk tetap menjadi pasangan yang setia dan penuh kasih sayang. Ada satu unsur terutama yang paling tertinggi dalam segala aspek moral hidup manusia serta kebudayaan yang dapat bersatu meskipun ada perbeadaan, yaitu unsur menaruh seluruh perjalanan hidup dalam kehendak Tuhan. Pernikahan sejati adalah pernikahan yang membara menyalakan obor api semangat untuk memenuhi janji kesetiaan kepada satu pasangan. Henri Ward Beecher berkata “cinta yang masih baru adalah bagaikan sebuah api” tetapi saya berkata cinta dalam pernikahan yang sejati adalah cinta yang terpelihara sampai kepada titik nafas hidup selesai. Inilah pernikahan yang sejati. Tuhan Yesus memberkati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar