Salah satu tujuan akhir
setelah melewati masa berpacaran, manusia harus berpikir “sudah saatnya saya
menikah” tapi saya bertanya, siapkah manusia menuju kepada pernikahan? Jika ya
sudahkah memikirkan apa tujuan hidup itu menikah? Apa yang menjadi motivasi
mengapa harus menikah?
Banyak fakta dipanggung dunia dalam dunia pernikahan
hancur, banyak juga yang menjalin bahagia. Sebab cara manusia masing-masing
berbeda menjalaninya. Saya memberitahukan kepada kamu bahwa menuju kepada
pernikahan bukan sesuatu sikap dan tindakan serta keputusan yang main-main,
sebelum pernikahan dijalani, maka berpikir dengan rasio untuk bertanya dalam
hati sanubari, “sudah siapkah saya menikah?” mengapa saya berkata pernikahan
bukan suatu tindakan dan keputusan yang main-main? Sebab dalam pernikahan ada
satu janji yang mengikat yang tidak boleh diputuskan oleh manusia, yang tidak
boleh di pisahkan oleh manusia. Jika manusia melakukannya maka manusia
mengingkari perjanjian pernikahan. Pernikahan yang ingin dicapai manusia adalah
kehidupan pernikahan yang bahagia, tidak ada lain. Dalam pernikahan versi
Kekristenan pada waktu pendeta bertanya “manusia apakah engkau siap bersedia
membahagiakan pasanganmu baik waktu senang dan sedih, baik sehat dan saat sakit
engkau akan merawatnya? Apa jawab manusia itu “ya saya bersedia, dan saya akan
mengasihinya serta membahagiakannya dan merawatnya baik saat sehat dan sakit.”
Janji ini bisa dipenuhi ketika masuk dalam pernikahan, jika selama hidup dalam
pernikahan janji ini tidak dijalani, maka akhirnya pernikahan itu rusak.
Dimanakah pernikahan yang sejati? Pernikahan yang sejati itu ada dan hadir
ketika manusia menaklukkan dirinya kepada kebenaran Allah, takluk kepada
perintah dari Allah dan menerima dengan rendah hati setiap mandat dari Tuhan
Allah. pernikahan yang sejati adalah pernikahan yang diberkati oleh Tuhan,
pernikahan yang sejati adalah seperti Allah memelihara manusia untuk hidup
dalam kebahagiaan sejati, maka pernikahan yang sejati tidak mungkin akan goyah
saat goncangan dari luar datang bahkan dari dalam. Pernikahan dalam konteks
Kekristenan adalah pernikahan yang menaruh seluruhnya dan seluruhnya dalam
ketundukan kepada Allah. Bagaimanakah pernikahan yang sejati? Pernikahan yang
sejati muncul saat manusia tetap setia kepada pasangannya, sebagaimana Allah
setia kepada manusia. Pernikahan dilihat oleh Tuhan, pernikahan juga dipelihara
Tuhan agar menjadi kebahagiaan yang indah serta harmonis. Ada satu unsur yang
melengkapi dalam menjalani kebahagiaan yang sejati yaitu kesetiaan. Kesetiaan
kepada janji pernikahan, maka disinilah manusia dituntut untuk tetap menjadi
pasangan yang setia dan penuh kasih sayang. Ada satu unsur terutama yang paling
tertinggi dalam segala aspek moral hidup manusia serta kebudayaan yang dapat
bersatu meskipun ada perbeadaan, yaitu unsur menaruh seluruh perjalanan hidup
dalam kehendak Tuhan. Pernikahan sejati adalah pernikahan yang membara
menyalakan obor api semangat untuk memenuhi janji kesetiaan kepada satu
pasangan. Henri Ward Beecher berkata “cinta yang masih baru adalah bagaikan
sebuah api” tetapi saya berkata cinta dalam pernikahan yang sejati adalah cinta
yang terpelihara sampai kepada titik nafas hidup selesai. Inilah pernikahan
yang sejati. Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar