Rabu, 30 April 2014

Hati Nurani Yang Berkenan Dihadapan Allah Oleh Ryan Frinandoe



Dalam hati nurani manusia itu terdapat kasih sayang yang sedemikian dalam adanya dan hal ini tak dapat disangkali kebenarannya. Sebab jikalau manusia hidup tanpa hati nurani maka tak mungkin ia menjadi manusia yang baik dan beretika moralitas dan memiliki potensi untuk mengasihi sesamanya. Tapi pertanyaannya apakah semua hati nurani itu murni? Tidak semua, sebab tanpa motivasi yang murni dan kesungguhan yang murni maka hati nurani itu tidak mencapai titik standar nilai dalam agama maupun kebudayaan. Muncullah suatu penggolongan yang dibagi dua untuk dijadikan suatu pandangan, yaitu hati nurani dalam konsep kebudayaan dan hati nurani dalam konsep agama.
1.      Hati nurani konsep kebudayaan.
Menurut kebudayaan hati nurani adalah sesuatu yang paling indah dan berdampak baik bagi seluruh manusia. Keberadaan hati nurani membuat manusia mengetahui apa itu artinya kebersamaan didalam kehidupan, kapankah hati nurani itu berada dalam diri manusia? Hati nurani ada yaitu ketika manusia menimbulkan suatu sikap yang bernilai positif oleh sebab keinginannya berbuat baik.
2.      Hati nurani dalam konsep agama.
Konsep agama memiliki suatu pandangan yang berbeda dengan kebudayaan, hati nurani tidak ada dengan sendirinya dengan cara melihat dimana manusia menimbulkan sikap yang bernilai positif kepada sesamanya. Konsep dalam agama mengatakan hati nurani ada yaitu sejak manusia telah diciptakan oleh Allah. Allah memberikan hati nurani oleh sebab Allah sendiri memiliki hati nurani, jadi hati nurani adalah suatu teladan Allah yang ditanamkan Allah kedalam diri manusia, sehingga dengan demikian manusia bisa mengasihi sesamanya manusia dan mengasihi Allah. lalu muncul pertanyaan, mengapa manusia masih berbuat jahat, bukan karena berbuat jahat manusia kehilangan hati nuraninya? Sesungguhnya tidak kehilangan, tapi hanya rusak. Kerusakan hati nurani mengakibatkan manusia berbuat segala jenis kejahatan yang memampukan dirinya untuk menolak kasih sayang terhadap sesamanya. Sebenarnya dalam hati orang jahat hati nuraninya tidak hilang melainkan masih tetap ada, hanya saja rusak namun tetap berada didalam hatinya, maka akhirnya timbullah dua sifat manusia yang ada didalam dunia yang paling dominan yaitu jahat dan baik atau baik dan jahat.

Konsep ini memberikan suatu pandangan yang berbeda dari sudut pandang agama dan kebudayaan, namun seharusnya kita harus mengenal apa itu hati nurani. Pantaskah disebut hati nurani jika seseorang berbuat jahat? Masih pantas, sebab hati nuraninya dalam keadaan rusak saja. Apakah perlu diobati hati nurani tersebut? Perlu, sebab jika tidak itu akan menjadi suatu sikap dan karakter yang menjadi bahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Mengapa hati nurani menjadi rusak? Oleh sebab manusialah yang telah jatuh kedalam dosa yang melawan perintah Allah sehingga dosa menguasai seluruh hati nuraninya. Cahaya/nurani itu tidak lagi berfungsi secara sempurna, awalnya tadi sempurna, namun karena pemberontakan terhadap sang pencipta kini hati nurani itu tidak lagi murni. Bagaimanakah caranya agar manusia dapat pulih dari itu? Hanya satu jalan: yaitu manusia harus mengenal Allah yang memberikan kepada manusia hati nurani. Tanpa Allah manusia tidak dapat mengenal dirinya, sebab manusia adalah peta dan teladan Allah, bukankah jika manusia ingin hatinya dipulihkan ia harus mengenal dirinya dan apa yang sedang terjadi dalam dia? Ya itu harus, John Calvin berkata “jika manusia ingin tahu dirinya, ia harus mengenal Allahnya, kalau manusia tidak mengenal Allah, maka manusia tak mungkin dapat mengenal dirinya” jadi bagaimanakah hati nurani yang berkenan kepada Allah? hati nurani yang berkenan kepada Allah adalah hati nurani yang mau kembali kepada Allah dengan motivasi yang jujur dengan demikian manusia belajar dari Allah tentang segala sesuatu, kemudian dampak dari semuanya maka secara langsung manusia bisa berbuat baik dan berelasi dengan indah terhadap sesamanya, Allah akan menyucikan hati nurani manusia yang sudah rusak, Allah memberikan suatu pengentara yang hebat didalam sejarah yaitu bagaimana agar hati nurani manusia bisa suci, murni dan tulus adanya, ada tiga pengentara yang harus kita tahu dan bagaimana kita harus mau mengikuti petunjuk Allah, yaitu: hati nurani akan disucikan oleh Kebenaran Firman Allah, hati nurani akan dikuduskan oleh Roh Kudus, dan hati nurani disucikan oleh gerakan dari Roh Kudus, ini adalah suatu usaha Allah agar manusia bisa memurnikan hati nuraninya dan menyucikannya dari distorsi dosa dan kuasa dosa yang menyebabkan manusia memiliki hati nurani yang berkenan kepada Allah. Amin.

Minggu, 27 April 2014

Sumbangsih Saya Untuk Bidang politik, oleh Ryan Frinandoe.



Salah satu tujuan politik tidak ada lain selain dari pada mensejahterakan kehidupan rakyat dan keberadaan segala lembaga dan semua institusi yang ada didalamnya. Sokrates mengatakan politik disebabkan karena adanya suatu tujuan dari rakyat sendiri untuk mencapai suatu kedamaian dan suatu aturan yang teratur dalam kehidupan berbangsa, baik didalam negara sendiri atau ataupun terhadap bangsa lain. Maka timbul pertanyaan, apakah politik itu penting? Sangat penting. Alasannya ialah tanpa adanya sistem politik maka didalam negara tidak akan ada sumber terbentuknya suatu aturan untuk mencapai tujuan sejahtera. Mengapa sistem politik harus berpusat? Sistem politik berpusat di kota, sebab dari kata polis itu sendiri memiliki arti yaitu kota. Mengapa harus dikota? Keberadaan masyarakat perkotaanlah yang mengakibatkan politik harus ada, dengan demikian seluruh sistem politik mencakup berbagai lembaga pendidikan, ekonomi, dan aturan tata cara hidup masyarakat kota yang mempengaruhi nilai-nilai etika hidup manusia. Apakah mereka yang ada dipedesaan tidak ada sistem politik? Ada, jika didalam desa itu tidak ada sistem politik maka bagaimana mungkin desa itu terbentuk menjadi desa. Salah satu contoh kecil ialah masyarakat desa mencoba mencari apa ya yang cocok untuk nama desa yang kita tempati ini, pasti mereka harus mengadakan pertemuan mufakat untuk mencapai tujuan bersama dan semua keputusan akan diterima serta dipertimbangkan oleh pihak lain yang memiliki jabatan tertinggi dalam pertemuan itu. Hal ini merupakan contoh, lalu dengan demikian barulah manusia memikirkan bagaimana anak-anak dan masyarakat desa mendapatkan pendidikan, maka juga mereka harus pikirkan, dan semua aturan harus dilaksanakan, seorang kepala wilayah mengajukan suara rakyat kepada pemerintah daerah. Politik yang baik adalah politik yang memiliki tujuan untuk sejahtera masyarakat berbangsa dan bernegara, artinya sistem politik menjadi patokan juga untuk memberikan kebutuhan rakyat sesuai dengan kebutuhan untuk bersama. Tapi apakah cukup saja dengan demikian kita lakukan sebagai pejabat tinggi yang duduk dalam bangku pemerintahan? Apakah cukup dengan belajar politik dari buku-buku tulisan serta teori para filsuf? Tidak cukup. Semua bisa berjalan, tapi dalam perjalanan akan muncul suatu sikap yang akan mencoba memuaskan diri sendiri, hal semacam ini adalah kecurangan dari pemerintah yang memegang peranan politik lembaga apa pun dia dan bidang apa pun dia. Didalam negara ini semua mereka yang menjadi pemerintahan yang menjadi wakil bagi masyarakat tidak sedikit yang telah mencurangi masyarakat, padahal paham dari politik mengapa harus masyarakat menjadi penentu bagi seluruh pemerintahan? Karena dari masyarakat untuk masyarakat, masyarakat mengangkat seseorang untuk duduk dibangku pemerintahan gunanya agar ia dapat mengendalikan masyarakat serta kebutuhan.
            Politik di Indonesia mengalami kerusakan, politik di Indonesia tidak menjadi teladan bagi semua bangsa, sebab didalamnya ada orang-orang yang mencoba memuaskan diri sendiri untuk kepenuhan sendiri dengan memeras uang rakyat dan hak rakyat. Apa sebab? hanya satu sebab yang bisa saya katakan dalam hal ini yaitu karena mereka yang menjabat menjadi wakil rakyat bahkan presiden tidak memiliki suatu sikap dan karakter yang tidak takut akan Tuhan Allah. apakah beragama cukup sebagai suatu status menggambarkan dirinya seorang yang tekun dalam agama? Tidak ! sama sekali tidak, sebab semua orang beragama tetapi belum tentu memiliki teladan yang menjadi seorang yang takut akan Tuhan. Menjabat tanpa takut Tuhan dan tidak mengenal sistem moral dan belas kasihan terhadap sesama manusuia itu percuma saja. Takut akan Tuhan adalah manusia yang menganut sistem ajaran kitab suci, didalam kitab suci tak mungkin ada perintah untuk berbuat jahat kepada orang lain apalagi merampas hak manusia sesama manusia. Politik dapat menjadi sejati hanya ketika politik itu dikendalikan oleh seorang pejabat tinggi negara yang mencintai Tuhan dan masyarakat. Itulah pokok pembahasan yang menjadi inti dari sumbangsih saya dalam dunia politik. Lihat saja kedepan, suatu hari jika Indonesia dan seluruh bidang politik dalam negeri tidak menerapkan suatu sumbangsih saya ini, masa depan Indonesia mejadi suram. Terimakasih, salam damai sejahtera Tuhan Yesus memberkati.

Rabu, 16 April 2014

My comments regarding the courses of priests Kee Counseling for three days at APT.

I am pleased with the teaching pastor Kee, he made me understand about the discussion he was referring to. Before studying counseling from pastors Kee and before you came, I was not happy to learn that personal counseling, because I did not enjoy learning about other people cope with the problem, because I do not like because I was too much trouble, especially given the way I take care of other people's problems suss . because my mind has been troubled all mankind so it's reasonable because it falls into sin. I was nervous when the priest came, when so much time to follow my lectures so happy because it turned out to be very important, especially as a minister, I have to learn. like it or not I have to keep learning from his college pastor Kee. thank you pastor, this lesson is useful for my future, I see the soul of the father is fit to be a teacher and motivator to everyone who experienced weakness. priest can also understand the circumstances of others who are in the collapsed state, and I saw a priest trying to find a way out other people's problems that are being experienced. once again thank you very much pastor, come again I learned a lot from the way a priest, I am also very thankful that I've been in counseling with the pastor ... heheee do not forget the donuts again yes pastors, priests okay God bless all of its services. Amen.

Minggu, 13 April 2014

7 Perkataan Agung Kristus dikayu Salib, Ryan F.

Sepanjang sejarah dalam kehidupan manusia, Kekristenan selalu ingin dihapuskan dari muka bumi yang diciptakan Tuhan ini. Banyak cara mereka mencoba mendobrak Kekristenan untuk menuju kepada kebinasaan namun tak dapat. Sebelum Kekristenan berdiri maka pemimpinnya harus dibunuh dan mati, pemimpinnya mengalami siksaan yang ganas. Siapakah pemimpinnya itu? Tidak lain yaitu Yesus Kristus. Sebelum orang Kristen hidup dalam tekanan yang kejam dan ganas, maka pemimpinnya terlebih dahulu harus mengalami penyiksanaan dan penganiayaan, sebelum orang Kristen dianiaya dan di fitnah, maka pemimpinnya terlebih dahulu ditutup muka-Nya, diludahi wajah-Nya, dihakimi oleh dunia. Dunia yang tidak adil harus menghakimi Dia yang sumber dari keadilan yang sejati. Sebelum orang Kristen mati menjadi martir, maka yang pertamakali mati adalah Yesus Kristus pemimpin besar yang agung dalam sejarah Kekristenan sebelum Kekristenan lahir. Mereka yang hidup pada zaman-Nya waktu itu mungkin mengalami keputusasaan, sebab pemimpin mereka yang besar mati tergantung dikayu salib. Banyak mereka yang meninggalkan Dia lalu kembali kepada Dia, banyak orang yang mencoba mengikut-Nya banyak juga orang yang ingin membunuh-Nya hingga akhirnya Ia harus mengalami ketidakadilan dari dunia yang tidak adil. Firman yang berseru-seru dipinggir-pinggir jalan kini diam, firman yang berteriak diatas perahu dan kapal kini mulai diam sunyi dan tak berbicara, firman yang tadinya keluar dari mulut-Nya dengan memanggil orang untuk kembali kepada Allah kini tidak terdengar lagi. Saat Yesus Kristus berada didepan Pilatus dan para imam ahli Taurat serta orang Farisi lainnya Ia tidak berbicara banyak, saat didepan Herodes pula sama sekali Ia tidak berbicara. Mengapakah saat itu Yesus Kristus Sang Juruselamat Dunia tidak lagi berbicara dan berfirman? Ini adalah salah satu sifat Allah, ketika Ia melihat manusia mencoba dan berusaha melampaui keberadaan-Nya maka Allah akan diam. Yesus Allah? Dia Allah, Pilatus sempat bertanya “apakah Engkau Anak Allah? jawab Yesus: engkau sendiri yang mengatakannya. Saat-saatnya tiba Yesus mulai dibawa kepada satu bukit yang sangat mengerikan, bukit itu ganas dan kejam, bukit tengkorak adalah julukannya, mengapa disebut bukit tengkorak? Karena setiap kali orang melihat bukit itu banyak lobang-lobang besar dan permukaannya serta gambar bukit itu sering menyerupai tengkorak. Dalam perjalanan yang melelahkan, Ia harus berjalan sepanjang jalan dimana banyak orang melihar Dia. Tadinya Ia berkata diri-Nya Raja kini ditawan dan pukul serta dicambuk, dipermalukan oleh manusia, dan ditelanjangi tubuh-Nya, mereka membagikan jubah-Nya dan mereka membuang undi. Alkitab memberitahukan kepada kita Yesus tidak berteriak saat paku pertama ditancapkan ketangan-Nya, Ia tidak marah dan mengutuki siapa-siapa saja yang menyiksa dan menista Dia. Inilah teladan Juruselamat kita yang paling agung didalam sejarah. Saat semua sudah dipakukan, maka salib mulai ditancapkan kedalam lubang tanah dan berdiri menghadap kepada orang banyak. Yesus tentu merasakan sakit, Dia sama seperti kita manusia, hanya Ia tidak berdosa, Ia bisa sakit, Ia pernah lapar, Ia pernah haus, Ia pernah bahagia, Ia pernah terluka, dan Ia juga pernah menderita. Tuhan yang kita sembah, bukan Tuhan yang tidak dapat merasakan penderitaan yang kita alami, sebelum kita mengalaminya Ia sudah mengalaminya. Saat Allah marah dengan nyala api yang membara untuk manusia, maka Yesus (Allah Anak) mengambil keputusan bahwa Ia mau menggantikan manusia berdosa. Saat dikayu salib, Alkitab tidak mengatakan Yesus mengutuki orang yang memaku Dia, Yesus tidak marah kepada mereka, Yesus tidak dendam kepada mereka, Yesus tidak meminta kepada Bapa agar mereka musnah. Melainkan ada satu firman yang keluar dari mulut Sang Juruselamat yang Agung dan mulia, kalimat yang manis, doa yang indah disepanjang sejarah para nabi, kalimat itu keluar dengan penuh manisnya sehingga membawa damai sejahtera bagi setiap hati manusia. Kalimat itu berbunyi demikian untuk yang pertama kalinya “ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Tadinya saat berada dikayu salib, orang banyak yang ada menyaksikan Dia telah menantikan seruan dari Yesus apakah Ia akan menyelamat diri-Nya dengan berseru kepada Bapa, apakah Ia dapat turun dengan mujizat-Nya? Ternyata Yesus Kristus yang mereka harapkan tidak berkata apa yang mereka inginkan, melainkan apa yang di inginkan Yesus untuk mereka dengan berkata Ya Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Inilah doa yang paling manis, Doa Yesus kepada Bapa, agar Bapa tidak melampiaskan murka-Nya keatas manusia, melainkan untuk Dia yang adalah Anak Allah. sambil menunggu Dia berkata-kata lagi, mereka kembali mengutuk Dia, memfitnah Dia, meninggalkan Dia dan mencaci maki Dia. Kita dapat bayangkan bila anda seorang diri sebagai ayah mendengar anak anda dihina dan dianiaya oleh orang lain yang tidak berhak menghukum dia, mungkin anda akan membunuh mereka yang membuat ia menderita. Tetapi Bapa tidak, setelah Bapa mendengar ucapan Yesus yang pertama dikayu salib “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” maka Bapa mengerti betapa dalam-Nya kasih Kristus terhadap manusia. Dimanakah cinta kasih yang sejati? Yiatu didalam Kristus Yesus. Perkataan kedua ialah “Amin, Aku berkata kepadamu, hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku didalam Firdaus”, perkataan yang ketiga “Ibu, ini anakmu... ini ibumu”, perkataan yang keempat “Allah-Ku-Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”, perkataan yang kelima ialah “Aku haus”, perkataan yang keenam ialah “Sudah genap” dan perkataan yang ketujuh ialah “Bapa, kedalam tangan-Mu, Ku-serahkan Nyawa-Ku.”

Banyak pemuda-pemudi meninggalkan Kristus dan banyak yang tidak mau melayani lagi dalam segala kegiatan didalam Gereja, mengapa? Karena tidak pernah memiliki suatu penghayatan yang sejati dan merenungkan serta memahami arti penderitaan serta pengorbanan yang begitu besar dilakukan Yesus Kristus dikayu Salib. Mereka tidak adanya bedanya dengan apa yang dikatakan Paulus “mereka sengaja berperilaku seperti orang yang  mengenal Allah, padahal mereka tidak mengenal Allah. pemuda-pemudi gereja yang bertahan setia sampai hari ini dalam gereja dan lingkungan gereja dan yang masih mau dididik oleh Tuhan berbahagialah, sebab jerih payahmu tidak sia-sia. Tapi celakalah bila engkau melayani Tuhan dengan hati yang hampa tanpa ada Roh Tuhan didalam hatimu, maksudnya ialah seperti orang-orang yang melayani Allah tapi tidak mengerti Allah. saat ditanya siapakah Allah? jawabannya apa? Bingung. Mengapa bingung? Karena tidak suka mendengarkan firman Tuhan saat pendeta sedang menyampaikan firman yang mencerahkan hati sanubarimu. Sudahkah? Engkau mengenal Allah? hei para muda-mudi, pikirmu engkau baik selama ini? Cintakah engkau kepada Tuhanmu Yesus Kristus? Apakah kasihmu besar kepada-Nya? Masihkan cinta kasihmu kepada-Nya tetap adalah kasih yang mula-mula? Atau apakah kasihmu sudah berkurang? Saat kasihmu berkurang maka engkau mulai jauh dari kehidupan gereja, disitulah saatnya iblis datang menelan jiwamu. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Senin, 07 April 2014

Pernikahan Yang Sejati, Ryan Frinandoe.

Salah satu tujuan akhir setelah melewati masa berpacaran, manusia harus berpikir “sudah saatnya saya menikah” tapi saya bertanya, siapkah manusia menuju kepada pernikahan? Jika ya sudahkah memikirkan apa tujuan hidup itu menikah? Apa yang menjadi motivasi mengapa harus menikah?

            Banyak fakta dipanggung dunia dalam dunia pernikahan hancur, banyak juga yang menjalin bahagia. Sebab cara manusia masing-masing berbeda menjalaninya. Saya memberitahukan kepada kamu bahwa menuju kepada pernikahan bukan sesuatu sikap dan tindakan serta keputusan yang main-main, sebelum pernikahan dijalani, maka berpikir dengan rasio untuk bertanya dalam hati sanubari, “sudah siapkah saya menikah?” mengapa saya berkata pernikahan bukan suatu tindakan dan keputusan yang main-main? Sebab dalam pernikahan ada satu janji yang mengikat yang tidak boleh diputuskan oleh manusia, yang tidak boleh di pisahkan oleh manusia. Jika manusia melakukannya maka manusia mengingkari perjanjian pernikahan. Pernikahan yang ingin dicapai manusia adalah kehidupan pernikahan yang bahagia, tidak ada lain. Dalam pernikahan versi Kekristenan pada waktu pendeta bertanya “manusia apakah engkau siap bersedia membahagiakan pasanganmu baik waktu senang dan sedih, baik sehat dan saat sakit engkau akan merawatnya? Apa jawab manusia itu “ya saya bersedia, dan saya akan mengasihinya serta membahagiakannya dan merawatnya baik saat sehat dan sakit.” Janji ini bisa dipenuhi ketika masuk dalam pernikahan, jika selama hidup dalam pernikahan janji ini tidak dijalani, maka akhirnya pernikahan itu rusak. Dimanakah pernikahan yang sejati? Pernikahan yang sejati itu ada dan hadir ketika manusia menaklukkan dirinya kepada kebenaran Allah, takluk kepada perintah dari Allah dan menerima dengan rendah hati setiap mandat dari Tuhan Allah. pernikahan yang sejati adalah pernikahan yang diberkati oleh Tuhan, pernikahan yang sejati adalah seperti Allah memelihara manusia untuk hidup dalam kebahagiaan sejati, maka pernikahan yang sejati tidak mungkin akan goyah saat goncangan dari luar datang bahkan dari dalam. Pernikahan dalam konteks Kekristenan adalah pernikahan yang menaruh seluruhnya dan seluruhnya dalam ketundukan kepada Allah. Bagaimanakah pernikahan yang sejati? Pernikahan yang sejati muncul saat manusia tetap setia kepada pasangannya, sebagaimana Allah setia kepada manusia. Pernikahan dilihat oleh Tuhan, pernikahan juga dipelihara Tuhan agar menjadi kebahagiaan yang indah serta harmonis. Ada satu unsur yang melengkapi dalam menjalani kebahagiaan yang sejati yaitu kesetiaan. Kesetiaan kepada janji pernikahan, maka disinilah manusia dituntut untuk tetap menjadi pasangan yang setia dan penuh kasih sayang. Ada satu unsur terutama yang paling tertinggi dalam segala aspek moral hidup manusia serta kebudayaan yang dapat bersatu meskipun ada perbeadaan, yaitu unsur menaruh seluruh perjalanan hidup dalam kehendak Tuhan. Pernikahan sejati adalah pernikahan yang membara menyalakan obor api semangat untuk memenuhi janji kesetiaan kepada satu pasangan. Henri Ward Beecher berkata “cinta yang masih baru adalah bagaikan sebuah api” tetapi saya berkata cinta dalam pernikahan yang sejati adalah cinta yang terpelihara sampai kepada titik nafas hidup selesai. Inilah pernikahan yang sejati. Tuhan Yesus memberkati. 

Minggu, 06 April 2014

MANUSIA MULIA & MANUSIA BERDOSA, Ryan Frinandoe



A.   Status Manusia Mulia.
Dalam bab pertama kita sudah membahas tentang manusia yang adalah peta dan teladan Allah. Dalam status itu manusia sedang berada pada tahap yang paling tinggi dan sedemikian indah serta mulia adanya, sebab manusia adalah bersih, suci, kudus, mulia dan penuh dengan bahagia serta relasi yang begitu dekat dengan Tuhan Allah. Keberadaan manusia didalam status mulia, manusia memiliki cinta kasih kepada Allah, setiap hari Allah mengajar manusia, setiap hari Allah berjalan dengan manusia, setiap hari Allah mengetahui kedalam hati manusia. Status mulia ini adalah status yang didalamnya manusia memiliki potensi melebihi potensi mahkluk lainnya.
Status manusia yang mulia juga mempunyai unsur teladan Allah, kehadiran diri Allah, kemiripan dengan Tuhan Allah, memiliki beberapa sifat yang dapat saya simpulkan didalam bab pertama yaitu manusia memiliki sifat cinta kasih, keadilan dan kebenaran. Status ini tidak dimiliki oleh mahkluk lainnya, melainkan hanya manusia. Apakah manusia dalam status ini memiliki kebudayaan? Ada, kebudayaan itu murni dan sejati adanya. Kebudayaan itu dilihat dari tindakan manusia dalam kesehariannya berinteraksi kepada Tuhan Allah, dirinya sendiri, sesamanya dan dengan alam semesta serta mahkluk lainnya baik yang diatas dan yang dibawah. Saat Adam dan Hawa di Taman Eden, saya membayangkan mereka menjalin hubungan cinta kasih yang begitu indah, baik cinta kasih kepada Tuhan Allah dan kepada keduanya sama-sama saling memiliki cinta kasih. Maka status manusia yang mulia itu adalah status yang bersih tanpa cela.

B.   Manusia dan Iman.
Apa maksud Allah mewahyukan iman kepada setiap manusia? Jawabannya ialah agar manusia memiliki suatu keyakinan yang mutlak. Membicarakan tentang iman adalah membicarakan hubungan manusia dengan Tuhan Allah juga. Iman itu tidak akan ada jikalau Allah tidak memberikannya kepada manusia, iman seperti apa yang Tuhan berikan pertamakali kepada manusia? Iman kepercayaan kepada Tuhan Allah bahwa Tuhan Allah itu ada. Stephen Tong mengatakan “iman adalah suatu pengarahan rohani kepada Tuhan kembali.”[1]Kaitan manusia dengan iman tidak boleh dilepas, setiap manusia sudah diberikan iman, iman yang sejati adalah iman dimana manusia sungguh-sungguh berpegang pada keyakinannya bahwa Tuhan adalah oknum tertinggi dan paling mulia dari dirinya. Suatu agama yang dibangun atas doktrin tidak dapat disebut agama bila agama tersebut tidak membicarakan iman. Iman merupakan keyakinan dimana Allah bereksistensi diatas ruang yang melampui akal perasaan manusia, inilah iman. Sejak manusia masih dalam status mulia iman yang ada dalam diri manusia itu iman yang sejati dan murni adanya, maka manusia tidak boleh melepaskan unsur mutlak ini dari dalam dirinya.

C.   Manusia dan Rasio.
Dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia kita telah melihat perjalanan hidup manusia yang disebut mahkluk rasio. Manusia bukan saja manusia yang mulia didalam statusnya melainkan manusia merupakan mahkluk yang berpikir dengan menggunakan rasionya. Inilah bedanya manusia dengan binatang. Stephen Tong mengatakan didalam bukunya “teori evolusi berusaha mencari persamaan antara manusia dan binatang. Teologi justru berusaha menyatakan perbedaan antara manusia dan binatang. Alkitab telah memberikan pengertian tentang diri manusia yang sedemikian tuntas dan jelas, sehingga hak asasi manusia akan dihargai, jika manusia betul-betul mengerti. Manusia adalah manusia, binatang adalah binatang.”[2] Manusia yang memiliki kemampuan berpikir dan berintelektual ini adalah manusia yang mampu membedakan segala sesuatu tentang dirinya dengan mahkluk lain. Dalam pemikiran Mencius (371-288), ia memiliki suatu gaya corak pikiran mengenai manusia ia mengatakan “semua orang berpikir secara mendalam pasti memikirkan apakah dan siapakah sebenarnya manusia itu” ketika saya meneliti sejarah pandangan Mencius ini saya menyadari bahwa dari sejak zaman dahulu kala, baik kebudayaan Barat dan Timur sudah berusaha merumuskan perbedaan antara manusia dan binatang dengan semua mahkluk lain. Oleh karena itu, didalam kebudayaan Timur Mencius sebagai penerus Konfusius (551-479), menegaskan bahwa manusia berbeda dari binatang karena manusia memiliki hati nurani dan pikiran (rasio). Manusia memiliki rasio, bintang memiliki insting.
            Setelah membahas ketiga hal diatas dimana manusia sebagai manusia yang memiliki status mulia, kini saya akan membahas keberadaan status manusia didalam keberdosaan.

D.   Status Manusia Berdosa.
Dalam status yang tadinya mulia dan indah serta relasi yang baik dengan Tuhan Allah yang segala sesuatunya itu baik adanya, kini akhirnya manusia terjerumus kedalam pengajaran setan yang membawa manusia itu jatuh kedalam dosa. Status yang tadinya mulia kini menjadi rusak dan manusia kehilangan status sebagai mahkluk yang mulia lagi, namun tidak mengurangi keberadaan dirinya dalam status sebagai peta dan teladan Allah. Kerusakan yang terjadi mencakup banyak aspek dan nilai-nilai moralitas serta kebudayaan manusia.


E.   Status yang Rusak.
Dalam status yang berdosa ini maka saya menggunakan status yang rusak didalam diri manusia, sebab ketika manusia mengalami kejatuhan manusia bukan saja merusak diri, melainkan merusak seluruh sistem nilai kemanusiaannya dihadapan Tuhan Allah. Dalam status yang rusak itulah manusia mulai menyimpang dari kebenaran yang sejati. Kebenaran yang sejati tidak ada lagi didalam diri sebab kebenaran sejati itu sudah rusak dan mengalami distorsi dosa. Suatu hari saya merasa diri saya sudah mandi, setelah mandi saya merasa bersih, tapi ketika saya mulai membersihkan parit maka semua anggota tubuh saya dan saya terserang penyakit, maka inilah namanya rusak kebersihan saya dan mengalami pencemaran lingkungan dalam diri saya, akhirnya saya kena penyakit. Maka saya rusak. Ketika status itu rusak, maka akhirnya inilah sebagai contoh bagi kita sebagai manusia yang telah mengalami status rusak. John Calvin mengatakan “manusia yang telah berdosa telag mengalami kerusakan total”[3] dengan istilah tersebut ia menggambarkan bahwa manusia itu sangat rusak sekali, dalam keadaan status rusak maka manusia merusak hubungan dia sendiri dengan Tuhan Allah.
F.    Kebudayaan dan Agama.
Munculnya kebudayaan ketika manusia membiasakan diri hidup bergaul dengan Tuhan Allah dan alam. Tetapi kita telah melihat kerusakan status akibat dari dosa ternyata merusak sistem kebudayaan manusia antara Allah dan dengan alam juga. Tadinya kebudayaan itu baik, dan sistem perjalanan dari budaya kepada kebudayaan itu baik serta teratur, namun kini telah rusak. Manusia merusak, manusia melawan perintah dari Sang Pencipta. Akibat kerusakan itu maka manusia mulai takut kepada Tuhan Allah dan akhirnya bersembunyi, maka Tuhan datang mencari manusia yang berdosa itu untuk meminta pertanggungjawaban, tetapi mereka tidak bisa, maka Allah mendatangkan kutuk yang sampai hari ini dijalani oleh manusia. Kebudayaan yang telah rusak maka akhirnya manusia berusaha mencari Tuhan Allah dengan bermacam cara untuk mengembalikan hubungan itu kembali, maka manusia menciptakan agama. Pikir manusia dengan adanya agama maka manusia bisa bertemu dengan Tuhan Allah. namun sepanjang sejarah kita telah melihat keadaan manusia yang hidup beragama nyatanya tetap tidak bisa menemukan Tuhan Allah dengan cara itu. Maka akhirnya tidak ada cara lain, sesuai dengan janji-Nya Tuhan Allah (Kej. 3:15), maka Allah mendatangkan Kristus. Dalam Kristus itu Allah sendiri yang datang untuk menjelma menjadi manusia agar manusia bisa bertemu dengan Tuhan Allah. Barangsiapa percaya kepada Kristus maka ia akan bertemu dengan Yesus dan diselamatkan.



[1] Pdt. Dr. Stephen Tong, 2013,  Iman Pengharapan & Kasih dalam Krisis, STEMI, Momentum:Surabaya, hlm 3.
[2] Pdt. Dr. Stephen Tong, 2013, Iman, Rasio & Kebenaran, STEMI, Momentum: Surabaya, Hlm 6.
[3] Pdt. Jenus Junimen, 2013, Dogmatika II, AT-APT: Jakarta.

Selasa, 01 April 2014

MANUSIA & PENDERITAAN, Ryan Frinandoe


A.   Pengertian Penderitaan.
Affliction (penderitaan, kesusahan, kemalangan, dan derita) kata penderitaan yang merupakan kata yang mengandung gambaran keadaan diri manusia ketika mengalami masalah yang cukup berat didalam dirinya, sehingga kata penderitaan mempengaruhi diri manusia untuk masuk kedalam suatu lembah yang suram, penuh dengan sengsara untuk mencari pertolongan dan belas kasihan. Penderitaan adalah derita, susah, malang. Apakah menderita itu bahagia? Apakah bahagia itu menderita? Kita telah melihat keadaan manusia disepanjang sejarah kehidupan, kita juga telah melihat keberadaan hidup yang menderita tidak ada henti-hentinya untuk manusia menjalaninya. Dengan kata ini dan pengertiannya kita mendapat suatu gambaran dan beberapa pertanyaan yang menjadi fokus dari isi bab ini, sebab itulah kata itu adalah penderitaan.

B.   Permulaan Penderitaan.
Permulaan penderitaan datang bukan disaat zaman Kaisar, Hilter, Nicci, abad 16, abad 21 sekarang, bukan. Tetapi permulaan penderitaan datang yaitu disaat Allah menjatuhkan hukuman serta kutuk kepada binatang (ular), manusia dan bumi. Binatang yang pertamakali mendapat kutukan adalah ular, Allah mengutuk dia untuk berjalan dengan perutnya. Kemudian manusia akan bersusah payah mencari rejekinya dengan sampai berpeluh/keringat banting tulang untuk bekerja, hal ini khusus untuk laki-laki. Kemudian yang kedua kepada perempuan, maka pada saat ia mengandung Tuhan membuat ia kesakitan untuk melahirkan dan bukan saja itu Tuhan memerintahkan manusia harus beranakcucu. Maka disinilah kita melihat permulaan penderitaan yang datang, semua keadaan macam begini adalah cara Allah agar manusia bertanggung jawab atas kelakuannya yang telah melawan Tuhan Allah. melawan Tuhan bukan dalam arti marah, jengkel, tetapi dimana manusia tidak taat dan setia kepada firman-Nya maka disitulah letak perlawanan manusia kepada Tuhan. Penderitaan selanjutnya dialami oleh anak dari Adam dan Hawa yaitu Kain dan Habel, Habel mengalami penderitaan saat disiksa kakanya sampai mati, akibat dari penderitaan itu sampai-sampai Alkitab mencatat dengan jelas bahwa darah Habel berteriak sampai di Tuhan. Maka Kain menerima penderitaan didalam batin ia sendiri, ia harus ketakutan yang luar biasa, kalau-kalau Tuhan juga membunuh dia, tetapi tidak demikian, karena permintaannya Allah mau memberi tanda kepada dia agar ia tidak dibunuh. Meskipun ia tidak mati ditangan manusia, maka keturunannya lenyap sampai hari ini tidak berlanjut lagi, akibat kejahatan Kain, maka keturunannya lenyap karena mengalami penderitaan. Sejak kapankah letak permulaan penderitaan itu datang? Yaitu disaat manusia mengalami kejatuhan dan kerusakan status.
C.   Tujuan Hidup Manusia.
Sepanjang sejarah umat manusia dimuka bumi ini, kalau ditanya apakah tujuan mu hidup? Pasti jawabannya tidak lain dan tidak bukan pasti mencapai tujuan hidup bahagia. Kalau ditanya lagi apakah yang kamu inginkan didunia ini? Pasti jawabannya ingin hidup bahagia, kalau ditanya lagi mengapakah kamu tidak mau hidup menderita? Jawabannya pasti karena penderitaan itu bukan tujuan hidup, karena itu adalah sesuatu yang paling kutakutkan dalam hidup ini. Dalam khotbah saya, saya mengatakan “Penderitaan bukanlah tujuan akhir, kabahagiaan adalah tujuan akhir.” Kalimat ini merupakan kalimat yang tuntas dapat dimengerti oleh semua orang sebab memang benar bahwa tujuan hidup ini adalah mencapai bahagia. Dalam dunia filsafat, ada satu filsafat Epikurianisme yang berbunyi begini “tujuan hidup ini, kita harus mencari bahagia. Kalau tidak bahagia maka kita menderita, menderita bukan bahagia, dan bahagia bukan menderita.”[1] Filsafat ini baik adanya, namun banyak orang salah melaksanakannya, yang akhirnya filsafat ini tidak dapat dipakai lagi, meskipun tidak dipakai lagi tetapi prinsipnya banyak dilakukan manusia dengan kurang sadar bahwa dirinya menganut paham Epikurianisme. Maka disinilah kita melihat bahwa manusia berusaha menghilangkan penderitaan, karena penderitaan bukan tujuan hidup, melainkan kebahagiaanlah tujuan hidup.

D.   Penderitaan didalam Kebudayaan.
Apakah hubungan penderitaan dengan kebudayaan, sehingga ada penderitaan didalam kebudayaan. Sewaktu sebelum saya pergi ke sekolah Alkitab, saya setiap kali pulang sekolah ketika SMA harus pergi ke hutan mencari kayu bakar, setelah itu saya menyedap karet, sebab itu adalah salah satu mata pencaharian kami dalam hidup pada waktu itu. Saya dan orang tua harus berjuang untuk mencari rejeki agar bisa memenuhi kehidupan sehari, saya pribadi merasa menderita, mau tidak mau harus dilaksanakan, maka dibalik kebudayaan itu ada sesuatu yang tersembunyi yang dapat saya sadari yaitu penderitaan. Kebudayaan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari adalah gaya kehidupan setiap orang, yang didalam melaksanakannya manusia harus melalui suatu penderitaan dan menyikapi penderitaan itu dengan tenang meskipun kesusahan menghadapinya. Seorang petani menunggu hasil dari ladangnya, namun ketika kemarau datang maka ladangnya mengalami kekeringan, ia harus berjuang mendatangkan banyak air untuuk disalurkan keladangnya entah dengan berbagai cara ia harus mendatangkan air. Maka disinilah budaya itu terlihat dengan menggunakan akal budi, namun ada satu hal yang harus dilalui terlebih dahulu yaitu penderitaan. Jika tidak demikian maka petani itu menderita tidak makan hasil dari ladangnya, maka dalam penderitaannya ditambah lagi, akhirnya beratlah penderitaan itu. Ada satu seorang filsuf terkenal dengan filsafatnya yaitu Confusius, filsafatnya berbunyi “tujuan manusia menurut Konfusianisme adalah mencapai keharmonisan ataupun keseimbangan. Keharmonisan dengan alam dan juga keharmonisan dengan sesama manusia.”[2]

E.   Penderitaan Akibat Dosa.
Ketika seseorang mengalami penderitaan, pertanyaan yang keluar ialah “mengapa saya?, mengapa harus saya?, mengapa diri saya yang menderita penderitaan ini?,” Stephen Tong mengatakan “hal ini adalah perasaan yang sendiri, perasaan yang tidak seharusnya, perasaan kehilangan sesuatu, dan perasaan yang tersiksa, semua itu menjadi rangsangan kesadaran eksistensi setiap pribadi.”[3] Penderitaan macam ini perlu dipertanyakan mengapa penderitaan akibat dari dosa? Dosa adalah penyebab pertama adanya penderitaan, saat manusia menerima tawaran Iblis maka manusia akhirnya memiliki keberadaan seperti iblis yang suka melawan. Yang membuat manusia jatuh kedalam dosa adalah disaat manusia melawan perintah Tuhan Allah. Fakta pertama orang bisa jatuh kedalam dosa adalah saat ia mencoba melawan Tuhan dengan kelakuannya yang sombong dan kebohongan, satu lagi ialah ia tidak hendak TAAT kepada perintah Tuhan Allah. jikalau kita bertanya kepada orang lain “apakah engkau berdosa? Jawabnya ia saya berdosa” karena ia sadar bahwa ia berdosa maka kita juga sadar bahwa kita manusia berdosa, karena kita sama dengan dia. Penderitaan akibat dari dosa ini jelas, sebab penderitaan adalah hukuman yang Tuhan berikan kepada manusia yang memberontak.

F.    Penderitaan Bukan Akibat Dosa.
Bila kita mengingat peristiwa penggenapan janji penebusan dari Allah dengan mengirim Kristus kedalam dunia maka kita akan melihat dan sadar bahwa Yesus tidak berdosa mengapa ia harus menderita. Penderitaan yang Kristus alami bukan penderitaan yang biasa yang dirasakan manusia biasa seperti kita, tetapi penderitaan yang Dia alami adalah penderitaan yang sedemikian hebat dan dasyat. Bagi manusia itu adalah kabar Baik, tetapi bagi Kristus Dia harus menderita memikul dosa manusia ke atas tiang salib dengan tubuhnya, maka tubuhnya diremukkan sebagai wujud dari murka Allah kepada manusia yang ditimpakan kepada Dia. Bila kita mengingat peristiwa Ayub, Ayub dikenal seorang yang saleh dihadapan Tuhan Allah, dan ia berlaku benar di masa hidupnya. Penderitaan yang Tuhan ijinkan kepada Ayub adalah penderitaan yang lumayan hebat juga, namun penderitaan yang ia alami itu tidak membuat dirinya menjadi seorang Atheis, justru ia melihat penderitaan itu sebagai suatu tindakan Allah untuk melihat kesetiaannya sendiri. Namun kita melihat manusia zaman ini lebih banyak brengsek dan tidak berpegang kepada prinsip Alkitab Firman Tuhan Allah yang Hidup. Sedikit-sedikit penderitaan datang langsung mau meninggalkan Tuhan, mau menjadi Atheis, dan akhirnya menjadi murtad sampai mati dendam kepada Tuhan. Manusia yang macam begitu bukan manusia yang baik dan setia kepada Allah, manusia yang setia kepada Allah adalah manusia yang sadar dimana penderitaan itu datang bukan akibat dosanya tetapi karena Allah ingin menguji kekuatan imannya.

G.  Hakekat Penderitaan.
Jika saya bertanya: penderitaan itu sebenarnya ada atau tidak? Jika kita sebagai manusia merasa menderita, maka apakah itu berarti itu pasti ada penderitaan, ataukah ada penderitaan, maka baru manusia merasa menderita? Maka kita secara sadar menjawab dengan jujur “tentu, ada penderitaan, maka barulah kita merasakan penderitaan. Ada seorang anak kecil yang menangisnya luar biasa hampir 10 menit ia tidak berhenti menangis karena ia digigit nyamuk, dan ia gatal-gatal. Bagi anak itu, digigit nyamuk adalah penderitaan karena gatal-gatal. Tetapi bagi ayah itu bukan penderitaan, sebab sang ayah bukan saja mengerti penderitaan yang dialami oleh anaknya, tetapi ia juga tahu batasan penderitaan itu, ia tahu beberapa menit lagi penderitaan digigit nyamuk akan hilang dan tahu bahwa penderitaan itu tidak akan mendatangkan kematian. Jadi hakekat penderitaan itu adalah dimana kita mengerti akan batas-batas penderitaan lebih penting dari pada perasaan menderita. Stephen Tong mengatakan didalam bukunya begini “hakekat penderitaan itu ialah adanya perasaan kehilangan kenyamanan yang dulunya kita nikmati.”[4]

H.  Jenis-Jenis Penderitaan.
Ada tiga jenis penderitaan yang dimuat Stephen Tong didalam bukunya yaitu:
1.      Kecacatan Alamiah. Ada orang yang dilahirkan buta, tuli, bisa atau memiliki tangan kaki yang tidak sempurna. Ini merupakan penderitaan alamiah yang didapatkan seseorang ketika ia dilahirkan.
2.      Bencana Alam. Misalnya gunung meletus, air bah, tsunami, gempa bumi, longsor, tanah terbelah, dan akibat dari bencana alam maka bencana alam menghancurkan apa yang kita miliki.
3.      Bencana Perang. Yaitu meletusnya kebencian antara bangsa dengan bangsa, yang menimbulkan berbagai kekejaman di medan perang. Akibatnya, ada orang-orang yang terkena bom atau peluru sehingga cacat atau mati.
Tiga jenis penderitaan diatas adalah penderitaan yang besar terjadi didalam sejarah umat manusia menurut Stephen Tong.[5]



[1]Rian Frinandoe, 2013, Khotbah Reformasi Kekristenan, AT-APT: Jakarta. Saya memberikan beberapa penjelasan pandangan ilmu filsafat yang mempengaruhi hidup Kekristenan dari zaman ke zaman. Tapi kebahagiaan yang dimaksud oleh orang Epikurianisme bukan kebahagiaan yang sejati, melainkan kebahagiaan yang sementara. Kebahagiaan yang sejati dalam kehidupan Kekristenan adalah kebahagiaan yang kekal, itu hanya bisa didapatkan apabila manusia mau kembali kepada Tuhan Allah dengan sungguh-sungguh.
[2] Info Psikologi memberikan penjelasan kepada publik melalui situsnya mengenai ajaran Confusius, di post oleh Psychologymania, http://ajaranconfusionisme.com.
[3] Pdt. Stephen Tong, 2011, Iman Penderitaan dan Hak Asasi Manusia, Momentum: Surabaya, hlm. 36.
[4] Ibid, hlm. 52.
[5] Ibid, hlm. 60.