Senin, 11 November 2013

Tidak Berguna Menjadi Berguna Filemon 1:11-14, Oleh: Rian Frinandoe

Tidak Berguna Menjadi Berguna


Pendahuluan.
            Ketika seorang ibu sebentar lagi melahirkan seorang anak, ayah sudah menunggu kehadiran anaknya. Sebelum kelahiran anak keduanya, kedua sepasang suami istri pastinya sudah menentukan dan merencanakan sesuatu terhadap anak yang ada dalam kandungan. Mereka punya harapan yang indah untuk anak, segala macam cara dan langkah-langkah dilakukan untuk mempersiapkan masa depan anak. Ketika anak sudah lahir, maka kegembiraan dan rasa terharu begitu luarbiasa diantara keduanya, ada damai sejahtera yang mereka rasakan, kini mereka mempunyai anggota keluarga yang baru yaitu bayi yang dilahirkan. Tanggung jawab sudah mulai dijalankan sebagai orang tua, anak menikmati tanggung jawab itu. Sebagai orang tua juga anak ada dalam kendali mereka, anak di didik, anak dilatih dan diberi pendidikan, semakin besar dan bertambah usianya anak yang dididik sedemikian rupa hingga telah menikmati tanggung jawab orangtua yang baik. Namun heran tiba-tiba berubah perlahan sikap dan karakternya, mungkin disebabkan oleh lingkungan dan pengaruh pergaulannya. Orangtua mulai merasa sedih, akhirnya marah-marah dan salah mengendalikan. Anak mulai dikutuk, disumpah segala ini macam dan itu macamnya. Hingga pada akhirnya keluarlah dari mulut kedua orangtua yang mengatakan “anak tidak berguna.” Ini adalah kalimat yang paling kejam, ini adalah kalimat yang menusuk yang keluar dari hati nurani dan pikiran orangtua. Kalimat semacam ini menusuk jantung dan hati sang anak, ia terluka, ia sedih, pikiran dan hati nuraninya mulai dirusak, jiwanya tidak karuan, hanya karena suatu kata-kata “anak tidak berguna”, ditambah lagi dengan segala kata-kata yang mengutuk ini akan menambah luka yang begitu serius didalam batinnya. Maka anak memilih jalan keluar untuk mengatasi hal semacam itu dengan bertindak “keluar dari rumah dan jauh dari orangtua.”
Perkara seperti ini sudah sering terjadi, namun berbeda halnya konteks dan kejadian seperti dialami oleh Onesimus yang adalah seorang budak Filemon. Kita akan belajar sedikit dari tema yang sudah ada yaitu yang tidak berguna menjadi berguna. Kita juga akan belajar dari Paulus cara mendidik yang baik tentang bagaiman ia menjadikan Onesimus yang dahulunya tidak berguna bagi Filemon kini menjadi berguna. Hanya ada 2 point yang akan dibahas dan dipelajari saat ini yaitu sebagai berikut.

1.      Paulus menganggap Onesimus sebagai buah hatinya (ayat 11-12).
Sepanjang sejarah Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Paulus memiliki seorang kekasih, dan seorang anak dari hasil perkawinan. Jika ada cerita yang mengatakan bahwa Paulus mempunyai kekasih itu hanyalah suatu kebohongan, semua berita tentang rasul dan Tuhan kita harus kembali meninjau dan meneliti kebenaran Alkitab yang diwahyukan Tuhan Allah. Sebenarnya Onesimus ini adalah budak dari seorang yang bernama Filemon, Filemon adalah teman sekerja Paulus. Onesimus pernah bekerja kepada Filemon sebagai budak, Filemon adalah orang Kristen yang kaya di Kolose, jadi kebudayaan disana orang kaya mempunyai budak sebab ia mampu membayar budaknya. Onesimus melarikan diri dari Filemon ada beberapa sebab kemungkinan yaitu Onesimus berhutang kepada Filemon, tidak terlalu jelas tentang hutang dari Onesimus ini. Tetapi Alkitab hanya mencatat ia punya hutang terhadap tuannya Filemon. Onesimus melarikan diri ke Roma dan disana ia bersama Paulus dipenjara, dalam penjara itu Onesimus sebagai seorang budak pelarian yang sudah tidak berguna lagi, sebab Filemon sudah tidak mencarinya lagi, namun hak budak Onesimus sebagai budak itu masih. Dalam keadaan Onesimus yang tidak berguna ini, Paulus bersedia untuk mendidiknya dan menjadikan Onesimus menjadi anak yang berguna. Kesetiaan Paulus dengan rela mengajarkan dan mendidik dengan kasih sayangnya begitu luarbiasa, Paulus yang mempunyai sikap semacam ini membuat dirinya harus menjadikan onesimus sebagai buah hatinya. Dalam ungkapannya diayat ini ia begitu mempunyai kasih sayang yang besar terhadap Onesimus.
Dalam menjalani kehidupan sebagai orang yang sudah Kristen kita harus mempunyai sikap yang mau memperbaharui, mau mendidik, dan mau mengajar dengan bijaksana Allah. Janganlah kiranya kita menganggap orang yang sedang kita ajarkan atau orang yang sedang tinggal bersama kita kemudian ada sikapnya yang kurang baik dan tidak sopan serta bijaksana, oleh sebab perilaku yang begitu dan begini akhirnya membuat diri ini memandang oranglain tidak berguna dan tidak ada gunanya sama sekali kemudian pada akhirnya orang itu kecewa sehingga kita melukai hatinya. Ada satu filsafat dari orang Stoic yang berbunyi demikian “semua manusia itu sama, saya harus sayang kepada budak saya sebab dia bekerja untuk saya”, filsafat semacam ini mempengaruhi seluruh pandangan manusia diseluruh dunia entah bagaimana mereka dapat mengeluarkan kalimat ini padahal saya pikir mereka tidak pernah belajar tentang Alkitab. Tetapi mengapa kita yang belajar Alkitab seringkali mengabaikan moral semacam ini, dengan memandang orang lain tidak penting jadi hanya kita yang penting, ini salah besar. Kekristenan mengalami kecelakaan yang serius apabila mempunyai konsep yang tidak dapat memandang orang lain sama dimatanya sama seperti manusia di mata Tuhan tetap sama. Kekurangan dan kelebihan diri seseorang boleh membedakan dia dengan yang lain. Tetapi apabila kita sebagai orang Kristen yang mempelajari dan meneliti bijaksana Allah, kita harus tahu bahwa Allah memandang semua manusia sama. Manusia semua berdosa tidak ada yang kudus dan suci sekalipun siapa saja dia yang menganggap dirinya suci dia tetap berdosa dihadapan Allah, maka jangan berlagak sombong sehingga menganggap orang lain tidak berguna. Biarlah kita mengubah yang tidak berguna menjadi berguna serta kita harus mempunyai filsafat yang paling bijaksana dari filsafat yang lain seperti Stoic. Stoic menyayangi budaknya, tetapi ada yang lebih tinggi dari itu, yaitu dengan menganggap siapa pun dia yang bekerja untuk kita, Paulus memberi teladan agar kita menganggap dengan tulus dan ikhlas kepada orang itu dengan memberikan julukan sebagai buah hati.


2.      Kini Onesimus menjadi orang paling penting/berguna (ayat 13-14)
Setelah menerima didikan dan pengajaran sampai-sampai Onesimus pun bertobat dengan sungguh-sungguh, mulai dari saat itu ia sudah menerima pengajaran dari Paulus. Paulus mengajarkan Paulus seperti seorang bapa yang mendidik anaknya dengan cinta kasih. Cinta kasih yang ditanamkan Paulus ini adalah cinta yang berasal dari Tuhan Yesus bagaimana ia pernah mengalaminya. Paulus kini menjadikan Onesimus menjadi orang yang berguna dan sangat penting. Terkhususnya Paulus sudah mengajarkan Onesimus tentang mata kuliah Teologi, bagaimana Kristologi yang benar, bagaimana tentang Allah Tritunggal, Roh Kudus dan teologi lainnya. Oleh sebab didikan Paulus yang begitu telah menyatu didalam diri Onesimus maka Paulus sangat menginginkan juga Onesimus agar tetap tinggal bersama dia agar diberikan tugas untuk pemberitaan Injil Kristus kepada banyak orang. Onesimus menjadi orang penting bukan karena Paulus tetapi dengan apa yang Paulus ajarkan mengenai Injil Kristus, jadi Injil Kristuslah yang mengubah dia menjadi orang yang berguna dan penting membawa kabar baik. Tuhan memakai diri Paulus atas dasar cinta kasih Kristus yang begitu dalam sehingga ia mampu mendidik dan menyampaikan rahasia Injil kepada Onesimus.
Sesungguhnya dalam kehidupan ini kita perlu bertanya dan mau belajar untuk dididik menjadi orang Kristen yang sejati. Saya melihat banyak orang-orang kaya yang hampir tidak perduli terhadap pembantunya (budak), bahkan banyak budak-budak perempuan disiksa contohnya para TKI, demikian pula sama dengan kaum pria yang memiliki pekerjaan sebagai budak. Mereka yang kaya tidak mau memahami betul bagaimana ia mendidik pembantunya padahal pembantu yang tinggal bersama dia telah menolong dia untuk mengerjakan segala sesuatu yang ia tidak bisa lakukan. Orang-orang kaya harus mengasihi budaknya, sebaliknya budak pun juga harus memiliki cinta kasih kepada tuannya. Dengan jalan saling memiliki cinta kasih maka hidup mereka didalam rumah akan berjalan harmonis. Hanya larangan yang paling berat celakalah para suami yang mencoba mengawinkan dirinya dengan budaknya sementara ia sudah mempunyai istri, sebaliknya juga perempuan tidak boleh bertindak yang kurang ajar. Kita kadang tidak mengetahui apa yang akan terjadi dengan para budak, banyak orang memandang haknya lemah dan tidak jauh lebih penting. Celakalah kita yang menganggap mereka demikian, ketahuilah siapa tahu Tuhan yang sebagai pencipta itu menetapkan dia sementara sebagai budak kemudian berjalannnya waktu suatu hari ia akan menjadi orang yang paling lebih penting dari kita. Onesimus seorang budak, kini Tuhan mengubah mata Filemon tuannya dan mengubah sistem berpikir dari Filemon yang menganggap Onesimus itu tidak berguna, kini Tuhan mengubah hidup Filemon. Karena demikian pentingnya kehadiran Onesimus didalam penjara sampai ia bertobat betul-betul sampai-sampai Paulus hendak menahan Onesimus, Paulus tidak meminta Filemon untuk hadir bersama Paulus tetapi Paulus mengharapkan Onesimus juga untuk tugas pemberitaan Injil. Sebagai orang Kristen kita harus belajar dari sistem pekerjaan Paulus untuk mengubah pola pikir kita yang salah mengenai hak budak. Dalam ayat 14 Paulus begitu dengan rendah hati, karena ia tidak egois dan sebagaimana aturan zaman itu bahwa tuan yang mempunyai budak tidak boleh memberikan budaknya kepada orang lain tanpa ijin. Paulus begitu sopan dengan rendah hati ia berbicara dalam suratnya kepada Filemon.
            Kitab Filemon ini mempunyai tema tersendiri yang diberi oleh para sarjana teologia dengan tema “Kasih Persaudaraan.” Hidup Kekristenan harus mempunyai suatu pikiran dan konsep yang mendalam tentang bagaimana kita sudah menerima janji yang mutlak dan perintah yang tak dapat digugat yaitu kasihilah sesama mu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri. Perkataan yang terlontar dari mulut Tuhan kita telah memperbaharui pikiran-pikiran manusia, bahkan seringkali tidak bisa masuk diakal manusia bagi mereka yang tidak mengenal firman Tuhan Yesus. Semua orang bisa berbuat baik? Bisa, semua orang bisa mengasihi? Bisa. Tetapi saya berkata didalam nama Tuhan Yesus untuk kita semua, siapapun mereka, agama apapun mereka, mereka harus memiliki Yesus Kristus didalam hidupnya. Dengan Kristuslah maka kita bisa memiliki kasih yang luar biasa dari kasih-kasih yang lain. Janganlah kita cepat-cepat menganggap orang yang dekat dengan kita itu bahwa ia tidak penting, konsep macam ini apabila ada dalam Kekristenan maka kita akan dicela, Tuhan kita dihina. Orang Kristen harus bangun... bangun !!! maka kita tahu salahnya dimana, kita harus dibangun, bagaimana kita dibangun? Kita harus dibangun, setelah dibangun maka kita harus kembali kepada Allah. Kasih persaudaraan begitu luar biasa apa yang kita ambil dari teladan rasul Paulus. Dengan rela dan ikhlas mendidik dan mengajar orang yang dahulu tidak berguna kini ia menjadi berguna dan sangat penting. Mungkin saja Onesimus lebih penting dari Filemon. Namun Paulus tidak memandang demikian sebab Yesus telah berkata kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Amin Firman Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar