“Belajar Strategi Misi Dari Rasul
Paulus”
Pendahuluan.
Misi Allah dalam kehidupan orang Kristen adalah sebagai
dasar bagaimana orang Kristen harus memiliki konsep misi untuk melaksanakan
Amanat Agung dari Sang Guru Agung. Misi Allah untuk menyelamatkan manusia harus
disadari oleh kehidupan orang Kristen, sebab misi bukan saja tugas yang
dibebankan Tuhan Allah kepada pendeta-pendeta saja, tetapi misi Allah ini wajib
serta juga mutlak yang harus dan harus dilaksanakan oleh orang Kristen
atau jemaat. Bila orang Kristen yang mempunyai konsep “misi hanya dijalankan oleh
pendeta-pendeta, penginjil-penginjil” saja ini adalah konsep yang salah. Konsep
yang benar adalah orang yang sudah menjadi Kristen harus melaksanakan misi
untuk memberitakan Injil Kristus dan membawa orang yang belum mengenal Kristus
untuk dapat mengenal Kristus, dengan jalan mengenal Kristus maka hidupnya
diselamatkan dan misi Allah sedang terlaksana.
Kita akan mempelajari beberapa strategi yang diajarkan
Alkitab mengenai pelaksanaan misi, baik sebelum melaksanakannya dan sesudah
melaksanakannya. Dalam kesempatan ini saya akan mengajak kita untuk belajar
dari seorang rasul yang mula-mulanya bukan seorang Kristen dan ia adalah
seorang dosen teologia PL yang juga pernah membantai dan menganiaya orang
Kristen mula-mula yaitu dia adalah rasul Paulus. Dia bertobat ketika rencananya
untuk menganiaya orang Kristen dengan membawa surat yang sah dari
pemerintahnya, dan ketika sewaktu dalam perjalanannya ia dipertemukan dan
diperhadapkan dengan penglihatan yang sangat luar biasa yang sifatnya paradoks,
sehingga dalam keadaan yang demikian ia harus takluk kepada Injil dan Tuhan
Yesus berbicara kepada Paulus. Tuhan Yesus memakai Paulus untuk memberitakan
Injil keseluruh dunia zaman itu hingga ia sampai kepada pusat pemerintahan
seluruh dunia yaitu kota Roma yang adalah ibu kota Romawi, dan Paulus melakukan
misi dari Tuhan Yesus kepada orang-orang yang ada di Roma.
Dalam makalah riset ini saya menyajikan kepada kita
tentang bagaimana strategi misi yang akan kita pelajari dari Paulus, yaitu
sebagai berikut.
1. Paulus Yakin Bahwa Yesus Mesias.
Sebenarnya
Paulus tidak mengetahui rencana Tuhan Yesus didalam hidupnya, Paulus juga tidak
mengetahui akan jadi apa dia pada akhir hidupnya, yang ia tahu hanyalah
melayani Tuhan Allah (YHWH) dan belajar Taurat serajin mungkin hingga untuk
mengajar orang Yahudi lainnya. Paulus yang mempunyai konsep Yesus bukanlah
Mesias, kalau Mesias adalah Raja yang akan menang, dan bukan digantung dikayu
salib dan dipermalukan oleh orang banyak. Justru Yesus yang disalib adalah
karena Ia menjadi orang yang terkutuk dari segala manusia. Konsep semacam ini
adalah pikiran Paulus dengan belajar Taurat. Dia adalah yang jenius dalam
belajar Taurat, kira-kira waktu Tuhan Yesus disalibkan ia sedang menjalani
proses belajar saja yang gurunya adalah seorang Profesor terkemukan zaman itu
yaitu rabi Gamaliel. Paulus bertemu Yesus Kristus dan ia menyebut dirinya rasul
sebab ia pernah bertemu dengan Yesus Kristus. Ketika bertemu Tuhan Paulus
mempunyai pandangan yang begitu sangat berbeda, semua apa yang dia pelajari
dalam PL kini diubah oleh pertemuannya dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak
bertanya kepadanya: “Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?”, Paulus
kembali bertanya: “Siapakah Engkau Tuhan?”, sahut Yesus: “Akulah Yesus yang
engkau aniaya itu”. Dialog antara Yesus dan Paulus adalah sesuatu yang luar
biasa, Tuhan Yesus tidak tanya kepada Paulus mengapa Paulus belajar Taurat
tetapi tidak tahu Tuhan Yesus adalah Tuhan, tetapi Tuhan Yesus bertanya mengapa
Paulus menganiaya Dia, setelah jelas jawaban yang Tuhan Yesus berikan, semua
konsep Paulus yang salah telah berubah. Namun konsep pelajaran kitab Taurat
tidak hilang dari kepalanya, justru Taurat itu juga akan menolong dia untuk
menyingkapkan rahasia Allah tentang Yesus Kristus yang adalah Mesias. Jadi hal
pertama adalah Paulus yakin bahwa Yesus adalah Mesias, dengan keyakinan semacam
ini ia mempunyai keberanian untuk memperbaharui konsep pemikiran orang Yahudi,
(KPR 9:20-22).
2. Paulus Tidak Dengan Sendirinya
Memberitakan Injil Kristus.
Tuhan
Yesus yang mengutus Paulus untuk menjalankan misi-Nya, Tuhan menetapkan seorang
teman bagi Paulus untuk memberitakan Injil, sebelum-sebelumnya Paulus pernah
bergabung dengan orang-orang Kristen, dan disanalah ia meyakinkan dirinya
sungguh-sungguh bertobat. Teman Paulus memberitakan Injil adalah Barnabas dalam
Alkitab KPR 11:24-25, dia mencari Paulus untuk bertemu dan membawa Paulus ke
Antiokhia memberitakan Injil, nah dalam hal ini juga kemungkinan Paulus telah
belajar dari Barnabas memberitakan Injil. Paulus dan Barnabas menjalankan misi
Kristus bukan saja menginjil lalu meninggalkannya, tetapi juga mengajarkan
mereka yang bertobat untuk mengenal Kristus selama satu tahun lamanya. Kita
memang tidak mampu mengandalkan kekuatan kita sendiri melakukan tugas misi
Allah, kita juga harus mempunyai teman seperti Paulus dan Barnabas. Jadi
belajar dari strategi Paulus ini kita tidak boleh sendiri untuk mengerjakan
tugas misi, kita juga harus memiliki teman. Allah mengetahui apa yang menjadi
kekurangan kita, Allah mengetahui apa yang menjadi masalah kita dalam
menghadapi segala perkara. Dalam hal ini juga Allah bisa menggunakan siapa saja
untuk menolong kita agar tidak merasa sendir dalam mengabarkan Injil untuk
tugas misi Allah.
3. Paulus Berdoa dan Berpuasa.
Sebelum
perjalanan misi dilanjutkan keluar dari Antiokhia, Paulus dan Barnabas berdoa
dan berpuasa, tindakan keduanya ini sangat siap sedia, tindakan keduanya ini
adalah suatu keseriusan untuk menjalankan misi Allah dan dengan tindakan
semacam ini Roh Kudus berkata kepada mereka bahwa sudah saatnya Paulus dan
Barnabas diutus KPR 13:1-3. Berdoa dan berpuasa adalah hal yang sangat
Alkitabiah, jadi sebelum memberitakan Injil melaksanakan misi Allah ada baiknya
kita harus berdoa dan berpuasa. Dalam doa kita sedang berbicara dan memohon
kepada Allah agar dalam segala tugas pekerjaan misi dapat ditolong oleh Roh
Kudus, kemudia berpuasa adalah dimana diri rela berkorban untuk menahan setiap
keinginan demi ingin mengetahui rencana Allah dalam kehidupan kita.
4. Paulus Mempunyai Keberanian
Mengatakan Kebenaran.
Dalam
perjalanan misi Paulus dan Barnabas memberitakan Injil ke suatu Pulau yaitu
Siprus, disana mereka memberitakan Injil kepada seorang gubernur pulau itu.
Gubernur itu berniat mendengarkan Injil yang diajarkan keduanya. Alkitab mengatakan
gubernur ini adalah orang yang pintar/cerdas. Jadi pikir saya gubernur ini
bukan orang yang sembarangan. Paulus dan Barnabas mengajarkan Firman Allah
kepadanya, namun ada tantangan pada keduanya yaitu ada seorang penyihir dan
Alkitab mencatat bahwa bukan sekedar penyihir tetapi juga nabi palsu yang
sedang menghalangi pemberitaan Injil. Karena hal itu terjadi pada keduanya,
maka Paulus berkata atas pimpinan Roh Kudus, dan apa yang dikatakan rasul
Paulus terjadi benar-benar penyihir itu akhirnya buta dan gubernur semakin
percya akan ajaran Tuhan. Strategi ini sangat luar biasa dimana Paulus dengan
berani berhadapan dengan gubernur yang cerdas, kemungkinan besar orang yang
juga rumit pikirannya masuk Kristen ini kini ia mau bertobat dan percaya Injil
ajaran Tuhan. Mengerjakan misi memerlukan pimpinan Roh Kudus, sehingga dalam
pimpinan itu Roh Kudus menyatakan kebenaran-Nya, dan akibat dari yang
mengandalkan Roh Kudus maka keberanian muncul dalam diri kita. Dengan
keberanian itulah Allah memakai hamba-Nya untuk menyampaikan Injil.
Dalam
segala pemberitaannya Paulus menjadi orang yang berani dan tidak punya rasa
takut untuk menunaikan misi Allah untuk menyelamatkan manusia.
5. Setelah Mengajar Paulus Memuridkan.
Suatu
pekerjaan yang tidak dapat dilupakan Paulus setelah memberitakan Injil adalah
ia mau dan bersedia mengajar orang yang bertobat untuk belajar tentang Kristus.
Ketetapan dari Amanat Agung adalah setiap orang yang bertobat harus diajarkan
setelah mendengar pemberiataan Injil. Dalam hal ini kita harus secara sadar
bahwa misi tidak mengajarkan kita mengabarkan Injil lalu ditinggalkan, tetapi
harus memuridkan. Paulus adalah rasul yang memiliki beberapa murid yang dapat
ia percayakan untuk membantu dia dalam pelayanan misi Allah, misalnya seperti Timotius,
Epafras, Filemon, bahkan masih banyak diantaranya. Paulus adalah orang yang
tidak sembarangan mengajarkan murid, dia betul-betul menyiapkan generasi yang
mampu untuk menolong dia dalam tugas misinya.
Apabila
kita menjalankan misi Allah dan terjun dalam satu daerah dan beberapa daerah
yang lain, kita jangan lupa dengan yang namanya pemuridan. Setelah dimuridkan
kita harus mengangkat seseorang untuk dijadikan pemimpin atas murid-murid itu
agar mereka bisa terkontrolisasi dan berada dalam pembinaan. Jika kita terus
berada didaerah itu saja maka daerah-daerah yang belum mendengar Injil tidak
dapat mengalami pelayanan misi Allah, dan mereka rugi.
6. Paulus Tidak Merasa Berhutang Injil
Bagi Mereka Yang Belum Menerima Injil.
Perasaan
Paulus yang begitu mendalam dan tidak ada diantara rasul-rasul lainnya adalah
dimana ungkapan ini ia lontarkan akibat dari perasaannya yang dalam karena
mencintai Injil Kristus. Dia merasa berhutang Injil bagi mereka yang belum
mendengarkan Injil. Ungkapan ini tidak ada dalam kitab-kitab lain selain
tulisannya dalam kitab Roma 1:13-14, suatu perasaan yang begitu dalam, dan
karena perasaan seperti inilah yang mendorong dia untuk memberitakan Injil
serta menjalan misi Allah. Langkah-langkah melakukan tugas misi juga bukan saja
berasal dari buah pikiran saja, tetapi juga memerlukan dimana pikiran harus
tunduk dengan hati nurani yang merasakan betapa pentingnya misi. Dari dalam
hati nurani maka timbullah perasaan yang mengendalikan pikiran. Gerakan hati
Paulus ini mengajarkan kepada kita bahwa melakukan misi bukan saja karena
pikiran dan anggota tubuh yang semangat untuk menjalankan misi Allah, namun
juga memerlukan gerakan suara hati nurani yang paling dalam.
Misi
Allah yang dilakukan Paulus selama hidupnya betul-betul berdampak hingga saat
ini, dan banyak orang Kristen belajar dari kepemimpinan Paulus dalam melakukan
misi pekerjaan Allah ini. Baiklah kita sebagai orang Kristen yang berjiwa misi
dan merasa diri berhutang Injil kepada bangsa-bangsa, suku-suku, kita harus
belajar dari langkah-langkah strategi Paulus ini. Semuanya itu harus disadari
dan dilandasi oleh firman Allah, dalam segala pengajaran hendaklah kita
berhati-hati, sebab dampaknya besar, sebaliknya bila pengajaran kita salah maka
dampaknya juga bersifat negatif yang besar dan sangat merugikan. Setiap
pemberitaan dan pengajaran harus dasari oleh pimpinan Roh Kudus. Terimakasih
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar