Selasa, 05 November 2013

“Belajar Strategi Misi Dari Rasul Paulus” oleh: Rian Frinandoe



“Belajar Strategi Misi Dari Rasul Paulus”

Pendahuluan.
            Misi Allah dalam kehidupan orang Kristen adalah sebagai dasar bagaimana orang Kristen harus memiliki konsep misi untuk melaksanakan Amanat Agung dari Sang Guru Agung. Misi Allah untuk menyelamatkan manusia harus disadari oleh kehidupan orang Kristen, sebab misi bukan saja tugas yang dibebankan Tuhan Allah kepada pendeta-pendeta saja, tetapi misi Allah ini wajib serta juga mutlak yang harus dan harus dilaksanakan oleh orang Kristen atau jemaat. Bila orang Kristen yang mempunyai konsep “misi hanya dijalankan oleh pendeta-pendeta, penginjil-penginjil” saja ini adalah konsep yang salah. Konsep yang benar adalah orang yang sudah menjadi Kristen harus melaksanakan misi untuk memberitakan Injil Kristus dan membawa orang yang belum mengenal Kristus untuk dapat mengenal Kristus, dengan jalan mengenal Kristus maka hidupnya diselamatkan dan misi Allah sedang terlaksana.
            Kita akan mempelajari beberapa strategi yang diajarkan Alkitab mengenai pelaksanaan misi, baik sebelum melaksanakannya dan sesudah melaksanakannya. Dalam kesempatan ini saya akan mengajak kita untuk belajar dari seorang rasul yang mula-mulanya bukan seorang Kristen dan ia adalah seorang dosen teologia PL yang juga pernah membantai dan menganiaya orang Kristen mula-mula yaitu dia adalah rasul Paulus. Dia bertobat ketika rencananya untuk menganiaya orang Kristen dengan membawa surat yang sah dari pemerintahnya, dan ketika sewaktu dalam perjalanannya ia dipertemukan dan diperhadapkan dengan penglihatan yang sangat luar biasa yang sifatnya paradoks, sehingga dalam keadaan yang demikian ia harus takluk kepada Injil dan Tuhan Yesus berbicara kepada Paulus. Tuhan Yesus memakai Paulus untuk memberitakan Injil keseluruh dunia zaman itu hingga ia sampai kepada pusat pemerintahan seluruh dunia yaitu kota Roma yang adalah ibu kota Romawi, dan Paulus melakukan misi dari Tuhan Yesus kepada orang-orang yang ada di Roma.
            Dalam makalah riset ini saya menyajikan kepada kita tentang bagaimana strategi misi yang akan kita pelajari dari Paulus, yaitu sebagai berikut.
1.      Paulus Yakin Bahwa Yesus Mesias.
Sebenarnya Paulus tidak mengetahui rencana Tuhan Yesus didalam hidupnya, Paulus juga tidak mengetahui akan jadi apa dia pada akhir hidupnya, yang ia tahu hanyalah melayani Tuhan Allah (YHWH) dan belajar Taurat serajin mungkin hingga untuk mengajar orang Yahudi lainnya. Paulus yang mempunyai konsep Yesus bukanlah Mesias, kalau Mesias adalah Raja yang akan menang, dan bukan digantung dikayu salib dan dipermalukan oleh orang banyak. Justru Yesus yang disalib adalah karena Ia menjadi orang yang terkutuk dari segala manusia. Konsep semacam ini adalah pikiran Paulus dengan belajar Taurat. Dia adalah yang jenius dalam belajar Taurat, kira-kira waktu Tuhan Yesus disalibkan ia sedang menjalani proses belajar saja yang gurunya adalah seorang Profesor terkemukan zaman itu yaitu rabi Gamaliel. Paulus bertemu Yesus Kristus dan ia menyebut dirinya rasul sebab ia pernah bertemu dengan Yesus Kristus. Ketika bertemu Tuhan Paulus mempunyai pandangan yang begitu sangat berbeda, semua apa yang dia pelajari dalam PL kini diubah oleh pertemuannya dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak bertanya kepadanya: “Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?”, Paulus kembali bertanya: “Siapakah Engkau Tuhan?”, sahut Yesus: “Akulah Yesus yang engkau aniaya itu”. Dialog antara Yesus dan Paulus adalah sesuatu yang luar biasa, Tuhan Yesus tidak tanya kepada Paulus mengapa Paulus belajar Taurat tetapi tidak tahu Tuhan Yesus adalah Tuhan, tetapi Tuhan Yesus bertanya mengapa Paulus menganiaya Dia, setelah jelas jawaban yang Tuhan Yesus berikan, semua konsep Paulus yang salah telah berubah. Namun konsep pelajaran kitab Taurat tidak hilang dari kepalanya, justru Taurat itu juga akan menolong dia untuk menyingkapkan rahasia Allah tentang Yesus Kristus yang adalah Mesias. Jadi hal pertama adalah Paulus yakin bahwa Yesus adalah Mesias, dengan keyakinan semacam ini ia mempunyai keberanian untuk memperbaharui konsep pemikiran orang Yahudi, (KPR 9:20-22).

2.      Paulus Tidak Dengan Sendirinya Memberitakan Injil Kristus.
Tuhan Yesus yang mengutus Paulus untuk menjalankan misi-Nya, Tuhan menetapkan seorang teman bagi Paulus untuk memberitakan Injil, sebelum-sebelumnya Paulus pernah bergabung dengan orang-orang Kristen, dan disanalah ia meyakinkan dirinya sungguh-sungguh bertobat. Teman Paulus memberitakan Injil adalah Barnabas dalam Alkitab KPR 11:24-25, dia mencari Paulus untuk bertemu dan membawa Paulus ke Antiokhia memberitakan Injil, nah dalam hal ini juga kemungkinan Paulus telah belajar dari Barnabas memberitakan Injil. Paulus dan Barnabas menjalankan misi Kristus bukan saja menginjil lalu meninggalkannya, tetapi juga mengajarkan mereka yang bertobat untuk mengenal Kristus selama satu tahun lamanya. Kita memang tidak mampu mengandalkan kekuatan kita sendiri melakukan tugas misi Allah, kita juga harus mempunyai teman seperti Paulus dan Barnabas. Jadi belajar dari strategi Paulus ini kita tidak boleh sendiri untuk mengerjakan tugas misi, kita juga harus memiliki teman. Allah mengetahui apa yang menjadi kekurangan kita, Allah mengetahui apa yang menjadi masalah kita dalam menghadapi segala perkara. Dalam hal ini juga Allah bisa menggunakan siapa saja untuk menolong kita agar tidak merasa sendir dalam mengabarkan Injil untuk tugas misi Allah.

3.      Paulus Berdoa dan Berpuasa.
Sebelum perjalanan misi dilanjutkan keluar dari Antiokhia, Paulus dan Barnabas berdoa dan berpuasa, tindakan keduanya ini sangat siap sedia, tindakan keduanya ini adalah suatu keseriusan untuk menjalankan misi Allah dan dengan tindakan semacam ini Roh Kudus berkata kepada mereka bahwa sudah saatnya Paulus dan Barnabas diutus KPR 13:1-3. Berdoa dan berpuasa adalah hal yang sangat Alkitabiah, jadi sebelum memberitakan Injil melaksanakan misi Allah ada baiknya kita harus berdoa dan berpuasa. Dalam doa kita sedang berbicara dan memohon kepada Allah agar dalam segala tugas pekerjaan misi dapat ditolong oleh Roh Kudus, kemudia berpuasa adalah dimana diri rela berkorban untuk menahan setiap keinginan demi ingin mengetahui rencana Allah dalam kehidupan kita.

4.      Paulus Mempunyai Keberanian Mengatakan Kebenaran.
Dalam perjalanan misi Paulus dan Barnabas memberitakan Injil ke suatu Pulau yaitu Siprus, disana mereka memberitakan Injil kepada seorang gubernur pulau itu. Gubernur itu berniat mendengarkan Injil yang diajarkan keduanya. Alkitab mengatakan gubernur ini adalah orang yang pintar/cerdas. Jadi pikir saya gubernur ini bukan orang yang sembarangan. Paulus dan Barnabas mengajarkan Firman Allah kepadanya, namun ada tantangan pada keduanya yaitu ada seorang penyihir dan Alkitab mencatat bahwa bukan sekedar penyihir tetapi juga nabi palsu yang sedang menghalangi pemberitaan Injil. Karena hal itu terjadi pada keduanya, maka Paulus berkata atas pimpinan Roh Kudus, dan apa yang dikatakan rasul Paulus terjadi benar-benar penyihir itu akhirnya buta dan gubernur semakin percya akan ajaran Tuhan. Strategi ini sangat luar biasa dimana Paulus dengan berani berhadapan dengan gubernur yang cerdas, kemungkinan besar orang yang juga rumit pikirannya masuk Kristen ini kini ia mau bertobat dan percaya Injil ajaran Tuhan. Mengerjakan misi memerlukan pimpinan Roh Kudus, sehingga dalam pimpinan itu Roh Kudus menyatakan kebenaran-Nya, dan akibat dari yang mengandalkan Roh Kudus maka keberanian muncul dalam diri kita. Dengan keberanian itulah Allah memakai hamba-Nya untuk menyampaikan Injil.
Dalam segala pemberitaannya Paulus menjadi orang yang berani dan tidak punya rasa takut untuk menunaikan misi Allah untuk menyelamatkan manusia.

5.      Setelah Mengajar Paulus Memuridkan.
Suatu pekerjaan yang tidak dapat dilupakan Paulus setelah memberitakan Injil adalah ia mau dan bersedia mengajar orang yang bertobat untuk belajar tentang Kristus. Ketetapan dari Amanat Agung adalah setiap orang yang bertobat harus diajarkan setelah mendengar pemberiataan Injil. Dalam hal ini kita harus secara sadar bahwa misi tidak mengajarkan kita mengabarkan Injil lalu ditinggalkan, tetapi harus memuridkan. Paulus adalah rasul yang memiliki beberapa murid yang dapat ia percayakan untuk membantu dia dalam pelayanan misi Allah, misalnya seperti Timotius, Epafras, Filemon, bahkan masih banyak diantaranya. Paulus adalah orang yang tidak sembarangan mengajarkan murid, dia betul-betul menyiapkan generasi yang mampu untuk menolong dia dalam tugas misinya.
Apabila kita menjalankan misi Allah dan terjun dalam satu daerah dan beberapa daerah yang lain, kita jangan lupa dengan yang namanya pemuridan. Setelah dimuridkan kita harus mengangkat seseorang untuk dijadikan pemimpin atas murid-murid itu agar mereka bisa terkontrolisasi dan berada dalam pembinaan. Jika kita terus berada didaerah itu saja maka daerah-daerah yang belum mendengar Injil tidak dapat mengalami pelayanan misi Allah, dan mereka rugi.
6.      Paulus Tidak Merasa Berhutang Injil Bagi Mereka Yang Belum Menerima Injil.
Perasaan Paulus yang begitu mendalam dan tidak ada diantara rasul-rasul lainnya adalah dimana ungkapan ini ia lontarkan akibat dari perasaannya yang dalam karena mencintai Injil Kristus. Dia merasa berhutang Injil bagi mereka yang belum mendengarkan Injil. Ungkapan ini tidak ada dalam kitab-kitab lain selain tulisannya dalam kitab Roma 1:13-14, suatu perasaan yang begitu dalam, dan karena perasaan seperti inilah yang mendorong dia untuk memberitakan Injil serta menjalan misi Allah. Langkah-langkah melakukan tugas misi juga bukan saja berasal dari buah pikiran saja, tetapi juga memerlukan dimana pikiran harus tunduk dengan hati nurani yang merasakan betapa pentingnya misi. Dari dalam hati nurani maka timbullah perasaan yang mengendalikan pikiran. Gerakan hati Paulus ini mengajarkan kepada kita bahwa melakukan misi bukan saja karena pikiran dan anggota tubuh yang semangat untuk menjalankan misi Allah, namun juga memerlukan gerakan suara hati nurani yang paling dalam.
Misi Allah yang dilakukan Paulus selama hidupnya betul-betul berdampak hingga saat ini, dan banyak orang Kristen belajar dari kepemimpinan Paulus dalam melakukan misi pekerjaan Allah ini. Baiklah kita sebagai orang Kristen yang berjiwa misi dan merasa diri berhutang Injil kepada bangsa-bangsa, suku-suku, kita harus belajar dari langkah-langkah strategi Paulus ini. Semuanya itu harus disadari dan dilandasi oleh firman Allah, dalam segala pengajaran hendaklah kita berhati-hati, sebab dampaknya besar, sebaliknya bila pengajaran kita salah maka dampaknya juga bersifat negatif yang besar dan sangat merugikan. Setiap pemberitaan dan pengajaran harus dasari oleh pimpinan Roh Kudus. Terimakasih Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar