Pendahuluan
Yesus Kristus adalah seorang tokoh Alkitab
yang memiliki sejarah yang sangat besar pengaruhnya pada saat zaman kekaisaran
Roma di mana pada zaman itu Yerusalem dan orang-orang Yahudi dikuasai oleh
kekuasaan Romawi. Orang-orang Yahudi telah ribuan tahun menunggu kedatangan
Mesias yang dijanjikan dalam kitab-kitab nubuatan PL. Saat Yesus memulai
pelayanan-Nya ada banyak orang Yahudi telah bertobat dan mengikuti ajaran-Nya
yang disertai dengan tanda-tanda heran. Namun di sisi lain banyak pula orang
Yahudi yang menolak Dia sebagai Mesias. Surat Injil Yohanes menuliskan ada
banyak ahli-ahli taurat yang tidak suka kepada Yesus dan pengajaran-Nya,
kemudian yang membuat mereka tidak senang kepada-Nya adalah karena Ia
seringkali mengecam ahli-ahli taurat bahkan orang-orang golongan Farisi.
Sejarah Alkitab mengatakan bahwa Yesus memiliki ke 12 murid yang telah
dipilih-Nya untuk menjadi pengikut-Nya. Dari ajaran Yesus memberi dampak hampir
separuh dunia mengetahui bahwa Yesus adalah seorang sosok yang berpengaruh,
bahkan pada masa zaman ini pun pengaruh ajaran Yesus lebih meluas dari
sebelumnya.
Injil Yohanes ini ditulis dalam
bahasa Yunani pada tahun 80-90 M, karena pada zaman itu ada banyak orang-orang
Yahudi yang kehilangan identitasnya sebagai warga negara kerajaan Israel telah
menganut sistem kebudayaan Yunani, sampai-sampai mereka telah lupa dengan
bahasa mereka sendiri. Oleh sebab itulah Yohanes seorang murid Yesus ini
menuliskan Kitab Injil kepada orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani bahkan
orang-orang Yunani sekalipun agar mengetahui jalan keselamatan itu hanya ada
dalam Yesus Kristus.
BAB I
SIAPA SEBENARNYA YESUS
A. Yesus adalah Anak Allah.
Secara
logika manusia, bagaimana mungkin Allah bisa mempunyai Anak apabila Dia tidak
beristri. Pertanyaan semacam ini telah mengguncang iman orang percaya pada masa
gereja mula-mula dan bahkan masih saat ini pertanyaan yang serupa itu
seringkali membuat orang-orang percaya meragukan Yesus sebagai Tuhan. Dari
pertanyaan semacam ini, para ahli teologia telah membuktikan dan memberi
jawaban atas pertanyaan itu, masih saja orang-orang yang memberi pertanyaan itu
belum juga percaya siapa sebenarnya Yesus. Telah banyak pula jawaban-jawaban
dari kalangan orang-orang awam yang mendukung jawaban para pakar ahli teologi
dengan mengemukakan kesaksian-kesaksian mengenai siapa Yesus sebenarnya. Pertanyaan
mengenai siapa Yesus sebenarnya telah membuahkan hasil yang kontroversial dalam
dunia ini, ada banyak orang telah merendahkan derajat Yesus, dan melecehkan Dia
bahwa Dia bukan Tuhan. Pertanyaan ini muncul bukan saja setelah kematian-Nya,
tetapi pada masa Ia hidup dan saat dalam pengadilan dihadapan mahkamah agama
pun seorang ahli taurat menanyakan apakah Dia anak Allah? Yesus berkata Seperti
yang engkau katakan (lukas 22:70; Yoh. 19:7). Pengakuan yang keluar dari mulut
Yesus tentang diri-Nya adalah perkataan yang Kudus, namun masih banyak di antara
mereka mengatakan bahwa Ia telah menghujat Allah. Yesus telah menyatakan siapa
diri-Nya, dan orang percaya pun telah menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah
yang hidup.
1.
Dari
mana Kuasa Yesus?
Kuasa
Yesus seringkali disalahpahami dan disalahmengerti oleh sebagian orang-orang
Yahudi. Sewaktu Yesus mengusir roh jahat dari seorang yang kerasukan setan, ada
diantara orang-orang itu mengatakan bahwa Yesus mengusir roh jahat itu atas
kuasa Beelzebul (Luk. 11:14-23). Ini menandakan bahwa adanya keraguan-keraguan
orang banyak mengenai kuasa Yesus, tapi dengan tegas Yesus mengatakannya kepada
mereka dalam Lukas 11:18. Benar apa yang diungkapkan Yesus, bahwa bagaimana
mungkin kerajaan itu bisa bersatu apabila mereka saling melawan anggotanya
sendiri. Orang percaya mempunyai dasar yang kuat mengenai kuasa Yesus, karena
memang apa yang pernah Yesus katakan bahwa Dia bukan berasal dari dunia ini
(Yoh. 18:36). Orang percaya terkadang masih meragukan kuasa Yesus, akibat dari
keraguan inilah timbulnya rasa kurang percaya bahwa Tuhan sanggup. Iman
kekristenan akan semakin rendah kualitasnya apabila tidak memiliki dasar yang
mendalam pengenalan akan Kristus. Jadi tidak heran biasanya seseorang
diperhadapkan dengan masalah yang seperti ini imannya dapat tergoncang bahkan
tidak lagi menganggap Yesus sebagai Tuhannya. Pdt. Nehemiah Mimery mengatakan
dalam bukunya pada waktu terjadi krisis, maka iman seseorang mudah goncang, iman
orang akan goyang. Goncang atau goyang disebabkan karena tidak berdiri teguh
pada dasarnya.[1] bisa saja kita meragukan dari mana
kuasa Yesus itu, padahal kita sudah mempunyai dasar yang kuat mengenai
kuasa-Nya. Tetapi masih saja ada keraguan dan tidak dewasa iman maka kita akan
goyang dan gampang dijatuhkan oleh masalah yang kita hadapi, jadi keraguan dan
kebimbangan atau bahkan kurang percaya itu merupakan masalah juga bagi kita.
2.
Percaya
apabila adanya fakta
Apabila
seseorang berada dalam rumah dan tidak tahu kondisi cuaca yang akan terjadi
menimpa tempat kediamannya pasti saja ia akan merasa tenang. Tiba-tiba
datanglah seorang sahabatnya mengatakan bahwa angin topan akan bersiap
melintasi bagian daerah mereka. Namun masih saja dia kurang percaya bahkan
menyuruh sahabatnya untuk pulang, karena tidak dihiraukan maka sahabatnya
pulang dan mengasingkan diri ke daerah yang tidak akan dilintasi oleh angin
topan itu. Sewaktu ia sedang keasikan nonton ia mendengar bunyi yang dasyat dan
ia ketakutan, 2 menit setelah kepergian sahabatnya itu angin topan menghantam
rumahnya hingga roboh dan ia mati tertindih oleh bangunan rumahnya sendiri.
Seringkali kita juga demikian, akibat karena tidak percaya kita akan Yesus maka
kita akan membinasakan diri dan iman kita sendiri. Seringkali Yesus menunjukkan
kuasa dan mujizat-Nya ketika ia menyembuhkan orang-orang sakit dan hal itu
dilihat oleh semua murid-Nya. Namun ada beberapa dari mereka yang masih kurang
percaya akan setiap perkataan-Nya, seperti hal Thomas. Saya rasa Thomas tidak
akan percaya sampai sekarang apabila Yesus tidak memintanya untuk memegang dan
mengulurkan jarinya kedalam lambung Yesus, ketika melihat hal itu benar, maka
ia percaya.
Orang-orang
Yahudi banyak yang tidak percaya akan kebangkitan Yesus, seperti yang dikatakan
oleh Pdt. Nehemiah Mimery bangsa Israel tidak mengerti hal-hal
sorgawi. Mereka tidak mengerti siapakah Anak Allah. Dan mereka tidak juga
mengerti apakah kebangkitan itu. Murid-murid Yesus pun telah mendengar Yesus
berkata tentang kebangkitan-Nya, namun mereka tidak mengerti tentang
kebangkitan itu sendiri.[2]
Karena kurangnya rasa percaya akan kebenaran yang ada di dalam Kristus
akan mengakibatkan orang itu kehilangan keselamatannya yang sudah Yesus berikan
kepadanya.
BAB II
YESUS BERJALAN DI ATAS AIR
YOHANES
6:16-21
A. Latar Belakang
Dalam kontek ayat ini, Yesus tidak
bersama murid-murid-Nya dalam perahu. Dia memyuruh murid-murid-Nya untuk
terlebih dahulu untuk mendahuluinya. Ada apa sebenarnya di balik cerita ini,
mengapa Yesus tidak langsung ikut bersama-sama dengan murid-Nya untuk pergi ke
menyeberang danau? Yesus secara langsung sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada murid-murid-Nya, sebab
telah diyakin Yesus memiliki kekuatan yang luarbiasa untuk melihat hal apa yang
akan terjadi ke depannya. Peristiwa ini terjadi sesudah Yesus memberikan makan
lima ribu orang. Dalam Matius 14:22-23 dengan jelas bahwa Yesus menyuruh mereka
untuk pergi terlebih dahulu sementara Yesus menyuruh orang-orang banyak untuk
pulang kerumahnya masing-masing dan setelah itu Dia naik kesebuah bukit untuk
berdoa. Ini artinya Yesus bukan saja menyuruh murid-murid untuk pergi dengan
sembarangan tanpa alasan, tetapi Dia berdoa. Dave Hagelberg dalam buku tafsirannya
mengatakan bahwa murid-murid mengalami kekecewaan karena Yesus tidak ingin
menjadi raja saat itu.[3]
Memang pada saat itu orang banyak ingin menjadikan Yesus sebagai raja dan
penguasa atas Israel, sebab mereka ingin bebas dari penjajahan kerajaan Romawi.
Kemungkinan juga bahwa dalam hati para murid mengalami kekecewaan. Tetapi dalam
konteks ayat ini berbicara bahwa tidak didapati sedikitpun murid-murid
mengalami kekecewaan, sebab mereka pergi terlebih dahulu dari Yesus itu
bukanlah kehendak mereka sendiri melainkan kehendak dan atas perintah Yesus.
B.
Danau
Galilea
Danau
Galilea atau Danau Tiberias, adalah danau yang seringkali diceritakan dalam Alkitab
PB mengalami suatu fenomena alam yang dasyat. Danau ini pernah mengamuk dengan
gelombang yang besar disertai angin ribut dalam Matius 8:23-27. Angin ribut
di danau Galilea bisa datang secara tiba-tiba. William Barclay mengatakan kejadian
ini sudah menjadi hal yang biasa terjadi di Laut Galilea (danau), hal ini
disebabkan karena iklim yang cukup panas dan kadang-kadang bisa menimbulkan
bahaya. Kalau ada angin yang bertiup dari arah barat, maka lembah dan alur-alur
tersebut menjadi semacam terowongan angin raksasa yang menyalurkan angin
kencang tersebut ke Laut Galilea. Angin yang terjadi itu kencang sehingga bisa
menjadi angin puting beliung dalam sekejap saja.[4]
Gambar.
01. Danau Galilea.
C.
Murid-murid
berangkat
Ketika
hari sudah sudah mulai malam murid-murid Yesus pergi melanjutkan perjalanan,
namun mereka menyadari bahwa Yesus memilih untuk tinggal, kemudian Dia akan
menyusul. Tidak diketahui secara pasti bahwa pada jam berapa mereka mulai
berangkat menaiki perahu dan berlayar. Tetapi yang pasti mereka berangkat
berkisar kurang lebih pada pukul 18.00. karena ayat itu menunjukkan ada kata
“mulai” itu artinya malam yang baru saja tiba menjelang sore. Murid-murid pergi
menuju ke Kapernaum, entah kenapa mereka memilih untuk pergi ke Kapernaum
mendahului Yesus. kemungkinan besar sebelum mereka melanjutkan perjalanan,
mereka sudah berkomunikasi dan sepakat dengan Tuhan Yesus untuk pergi ke
Kapernaum, namun dalam ayat ini tidak diceritakan seperti demikian adanya.
D.
Laut
sedang bergelora
Dalam ayat ke 18 menceritakan secara
singkat keadaan Danau Galilea yang sedang bergelora. Kata bergelora dalam
bahasa Inggrisnya tempestuous, yang
memiliki arti bergelombang hebat, galak, dan bergejolak. Ini artinya keadaan
alam saat yang dihadapi murid-murid tidak mudah, kejadian angin ribut itu di
Danau Galilea terjadi kembali sama seperti dalam kejadian yang pernah mereka
alami ketika Yesus sedang tertidur dalam perahu saat angin ribut menghantam
perahu mereka (Mat. 8:24-26). Namun dalam hal ini Yesus tidak bersama-sama
dengan mereka. Karena kemungkinan besar Yesus masih dalam situasi berdoa.
Sebuah tafsiran Alkitab mengatakan Ayat 18 melambangkan gangguan kesulitan
hidup manusia.[5]
E.
Murid-murid
ketakutan
Sambil angin dan gelombang itu bergelora,
mereka tetap mendayung untuk menuju ke seberang danau. Dalam ayat ke 19 ini
mengatakan bahwa mereka sudah mendayung kira-kira sejauh 2 atau 3 mil jauhnya
(2 atau 3 km). Yohanes tidak secara pasti berapa jauh sudah mereka mendayung, namun
ia memperkirakannya bahwa 2 atau 3 mil sudah jauhnya mereka mendayung.
Perkiraan ini tidak perlu dipertanyakan sebab mungkin saja karena hari sudah
malam dan kemungkinan juga mereka tidak dapat melihat dengan jelas oleh karena
angin ribut dan gelombang yang bergelora itu dengan sangat kencang. Sewaktu
mereka mendayung, mereka melihat Yesus yang sedang berjalan di atas air.
Sebelum Yohanes menulis kisah ini, kemungkinan juga Yohanes mengira itu bukan
Yesus, tetapi hantu. Memang tidak secara detail dan jelas Yohanes menuliskan
disini bahwa murid mengira itu hantu. Namun dalam Injil Mat. 14:26 dengan jelas
mengisahkan kejadian itu bahwa mereka mengira Yesus itu hantu dan mereka takut.
Dalam Injil Yohanes mengatakan mereka hanya ketakutan, bisa jadi mereka mengira
Yesus itu hantu, sebab manusia dengan secara realitanya takut kepada hantu.
F.
Yesus
Menyatakan diri-Nya
Masih dalam keadaan ketakutan, Yesus
langsung mengatakan kepada mereka bahwa Dia adalah Yesus itu sendiri. Ketika
Yesus menyatakan diri-Nya, saat itu Yesus sedang berjalan di atas air. Menurut
hukum alam manusia tidak akan mungkin bisa berjalan di atas air, sebab apabila
massa benda itu lebih rendah dari massa air maka benda itu akan mengapung,
sebaliknya apabila massa benda itu lebih berat dari massa tekanan air maka
benda itu akan tenggelam. Apabila kita melihat seorang perenang lomba air, dia
tidak pernah mencoba untuk beridiri di atas air, mengapa? karena ia tahu tidak
akan mungkin bisa, sebab massa berat badannya lebih tinggi dari tekanan air. Sepanjang
sejarah kekristenan hanya satu manusia yang bisa berjalan di atas air yaitu
Petrus murid Yesus (Mat.14:28). Dalam Injil Yohanes, Petrus tidak diceritakan
bahwa ia berjalan di atas air, hanya Yohanes mencakup keseluruhan bahwa mereka
sedang ketakutan. Memang ketakutan adalah suatu tempramen setiap orang,
mengapa? karena pada umumnya manusia menginginkan kedamaian.
Gambar 02. Yesus menyatakan
diri-Nya, sambil berjalan diatas air.
Ada sesuatu yang tidak dilihat dari
cerita ini mengapa Yesus menyatakan diri-Nya melalui dengan cara berjalan di
atas air dan dengan ucapan yang bergaya santai dan rileks? Pernyataan ini
sebenarnya memiliki tujuan, Yesus memiliki tujuan mengapa hal itu Ia lakukan.
Leon Morris dalam bukunya yang berjudul “Teologi
Perjanjian Baru” mengatakan ucapan Yesus semacam ini untuk meneguhkan para
pelaut yang sedang di ombang-ambingkan oleh badai ketika mereka melihat Yesus
berjalan di atas air, “Aku ini, jangan takut!” (6:20).[6] Sebuah
ucapan ini akhirnya membuat murid tidak ketakutan lagi dan rasa takut mereka
hilang setelah mengetahui yang datang adalah Tuhan Yesus, menurut saya pastinya
mereka bertanya-tanya “bagaimana Dia melakukannya?” hal ini menjadi pertanyaan
setiap orang apabila melihat kejadian ini secara langsung pada saat itu
pastinya heran, bahkan mungkin sebelum mendengar penyataan Yesus maka pastinya
ketakutan hingga pingsan dan lupa diri sebab pastinya mereka mengira itu hantu.
Dalam Injil Markus 6:48, Yesus menampakkan diri-Nya kira-kira jam 3 malam,
Yohanes tidak berfokus dengan soal waktu, ia hanya berfokus pada penampakan
Yesus yang berjalan diatas air dan itu menjadi seperti kejutan baginya meskipun
awalnya ia juga mengalami ketakutan.[7]
v Kesimpulan
Semua
segala hal-hal baru yang diperlihatkan Yesus kepada manusia memilki sebuah
makna yang terkandung didalamnya yaitu sebuah makna yang sulit dipahami dan
dimengerti oleh banyak orang. Terkadang manusia saat melihat hal-hal yang
terjadi diluar akal pikiran mereka, maka itu menjadi sebuah daya tarik dan
sesuatu yang amazing bagi mereka, tetapi tidak mengerti mengapa tanda itu di
buat. Meskipun banyak tanda yang dibuat Yesus masih banyak orang-orang yang
kurang percaya bahkan tidak percaya. Injil Yohanes ini ditulis kepada
orang-orang Yahudi yang menganut kebudayaan Yunani (Helenis), jadi Injil ini
ditulis dalam bahasa Yunani. Injil Yohanes lebih menekankan bahwa Yesus adalah
Anak Allah, hampir semua tulisan di dalam Injil ini menuliskan tentang
perkataan dan ucapan Yesus serta ajaran-ajaran-Nya. Dalam masa pelayanan Yesus,
Yesus seringkali membuat semeia atau tanda. Kisah tentang Yesus berjalan diatas
air adalah semeia yang ke 5 yang di perlihatkan Yesus kepada murid-murid-Nya.
Adapun semeia yang lain diperlihatkan Yesus yaitu:
1.
Air menjadi anggur, tandanya Yesus sebagai penguasa diatas segala kualitas.
2.
Penyembuhan anak pegawai istana, tandanya Yesus sebagai penguasa atas jarak dan
ruang.
3.
Penyembuhan orang sakit di kolam betesda, tandanya Yesus sebagai penguasa atas
waktu.
4.
Memberi makan lima ribu orang, tandanya Yesus sebagai penguasa atas kuantitas.
5.
Berjalan di atas air, tandanya Yesus berkuasa atas hukum alam.
6.
Penyembuhan orang buta sejak lahir, tandanya Yesus penguasa atas kemalangan.
7.
Pembangkitan Lazarus, tandanya Yesus sebagai penguasa atas kematian dan maut.[8]
Tanda-tanda
ini atau semeia, Yohanes lebih mengacu kepada si pembuatnya. Inilah tanda-tanda
diantara semua tanda itu.
Semua
itu dilakukan Yesus untuk membuktikan bahwa Dialah Anak Allah yang berkuasa
atas segala sesuatu baik yang dibawah bumi diatas bumi bahkan atas semua
ciptaan alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Thenu,
S Cynthia. Tafsiran Injil Yohanes. Akademi
Teologi Amanat Penuaian Terakhir: Jakarta. 2013.
2. Mimery
Nehemiah, Pdt. Komentar Praktis Injil Yohanes. Mimery Press. 2000.
3. Hagelberg
Dave. Tafsiran Injil Yohanes (Pasal 6-12) Dari Bahasa Yunani. Andi.
1999.
4. Lee
Witness. Perjanjian Baru. Perpustakaan
Injil Indonesia: Jakarta. 1997.
5. Morris
Leon. Teologi Perjanjian Baru.
Gandum Mas: Malang. 1996.
6. Halley
H, Henry. Penuntun Ke Dalam Perjanjian Baru. YAKIN: Surabaya. 1979.
7. Barclay
William. Pemahaman Alkitab Setiap hari. BPK Gunung Mulia. 1995.
[1]
Pdt. Nehemiah Mimery, 2000, Komentar Praktis Injil Yohanes, Mimery
Press. Hal 129.
[2]
Pdt . Nehemiah Mimery, 2000, Komentar
Praktis Injil Yohanes, Mimery Press. Hal
136.
[3]
Dave Hagelberg, 1999, Tafsiran Injil
Yohanes (Pasal 6-12) Dari Bahasa Yunani, Andi. Hal 23.
[4]
William Barclay, 1995, Pemahaman Alkitab
Setiap hari, BPK Gunung Mulia Hal.
514.
[5]
Witness Lee, 1997, Perjanjian Baru, Perpustakaan
Injil Indonesia: Jakarta.
[6]Leon
Morris, 1996, Teologi Perjanjian Baru, Gandum
Mas: Malang. Hal. 329.
[7]
Henry H. Halley, 1979, Penuntun Ke Dalam
Perjanjian Baru, YAKIN: Surabaya. Hal 150.
[8]
Cynthia S. Thenu, 2013, Tafsiran Injil
Yohanes, Akademi Teologi Amanat Penuaian Terakhir: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar